Menurut saya, saat kita mencintai untuk pertama kalinya, kita tidak berpikir panjang. Kita hanya tahu bahwa cinta pertama itu membuat kita merasakan sebuah fenomena penuh romansa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Mungkin kita menghabiskan waktu berjalan-jalan ke pantai, menonton film romantis di bioskop, dan sebagainya. Tetapi saat itu kita belum dipusingkan soal tanggung jawab pekerjaan, soal keuangan, apalagi soal berkeluarga. Karena itu, umumnya kita memberikan hati dalam keluguan tanpa banyak menggunakan logika.
Cinta pertama yang begitu “menghanyutkan” adalah wajar karena segala sesuatu yang kita rasakan untuk pertama kalinya selalu terasa baru dan menggairahkan. Tetapi saat kita telah lebih dewasa, cinta datang dalam situasi dan kondisi yang berbeda. It’s a whole new level.
Tentunya seiring dengan umur dan pengalaman dalam hidup, kita sekarang memiliki banyak pertimbangan dalam memilih pasangan dan cenderung lebih berhati-hati untuk jatuh cinta lagi. Selain karena takut mengalami sakitnya patah hati, kita juga mempunyai banyak pilihan karena telah bertemu dengan lebih banyak orang. Karena itu, tidaklah semudah itu bagi kita untuk jatuh cinta seperti saat kita mencintai untuk pertama kalinya.
Selain soal ketertarikan fisik dan kecocokan, tentunya sekarang kita juga mencari kedewasaan karakter dari pasangan; kemampuan intelektual, performa dari pekerjaannya, kesamaan nilai hidup, kepercayaan atau agamanya, keserasian lingkungan keluarga dan teman-teman terdekat, dll. Selain itu, baik kamu yang laki-laki maupun yang perempuan tentunya juga akan mempertimbangkan kesiapan secara mental untuk berpacaran serius. Kita harus bisa melihat kemungkinan pasangan sebagai calon suami atau istri agar kita bisa membuka hati sepenuhnya. Ini tentunya merupakan satu standard baru yang sebelumnya tidak terpikirkan sewaktu mengalami cinta pertama di masa remaja.
Jadi, jelas bahwa selain chemistry yang kuat, saat ini kita harus “memilih” untuk mencintai baru kita bisa mencintai dengan sepenuh hati. Karena itu, apabila kita bisa mencintai lagi dengan sepenuh hati tentunya cinta ini melebihi cinta pertama kita.
Satu hal yang perlu kamu ketahui adalah bahwa banyak orang mengira mereka masih menyimpan perasaan kepada cinta pertamanya. Namun, saat mereka berusaha merajut kembali jalinan cinta dengan cinta pertamanya, mereka sadar bahwa mereka hanya jatuh cinta dengan sebuah “kenangan”. Setelah mencoba kembali, mereka menemukan bahwa cinta pertamanya bukanlah sosok yang mereka dambakan untuk mendampingi mereka di dalam mahligai rumah tangga. Mereka pun kemudian memutuskan hubungan dan menemukan sosok lain yang lebih tepat untuknya. Cinta sejatinya.
Bagaimana dengan kamu, apakah kamu masih teringat dengan cinta pertamamu? Bagi kamu yang belum bisa melupakan, mungkinkah kamu merasa first love never dies because you haven’t found your true love? Atau, mungkin pikiran dan kenangan kamu tentang cinta pertama yang justru menghalangi kamu untuk jatuh cinta lagi dan menemukan cinta sejatimu.
Bagi kamu yang khawatir bahwa pasangan kamu belum melupakan cinta pertamanya, ingatlah bahwa mereka sudah tidak bersama. Pasangan kamu tidak bersama dengan cinta pertamanya untuk satu alasan. Dan, dia telah memilih kamu dan masih bersama dengan kamu untuk suatu alasan juga. Percayalah, pengalaman cinta pertama mungkin adalah sebuah kenangan indah, tetapi ia tidaklah sebanding dengan cinta sejati yang datang kemudian.