Pinggir Jalan ala Seorang Program Director

Fimela Editor diperbarui 05 Agu 2011, 11:20 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Siapa yang tak kenal dengan sosok permpuan yang satu ini? Ibu dua orang ini rasanya sudah nggak asing lagi di dunia seni dan budaya Indonesia. Namun, jangan mengira bahwa dia adalah seorang seniman ataupun budayawan. Renitasari adalah seorang Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang banyak bersinggungan dengan kebudayaan Indonesia.

Dengan latar belakang pendidikan komunikasi dan harus bekerja bersentuhan budaya membuat Renita harus belajar tentang kebudayaan dan seni Indonesia dari nol. “Sebagai orang yang bersentuhan dengan budaya, sudah pasti saya harus mengerti tentang dunia yang saya geluti tersebut. Biasanya saya banyak belajar tentang kebudayaan melalui buku, internet, dan para seniman dan budayawan Indonesia. Tapi, mempelajari kebudayaan adalah aktivitas yang menarik,” ujar Renita ketika berbincang-bincang denganFIMELA.com di Restoran Picolo yang terdapat di kawasan Mega Kuningan.

Sebagai seorang Program Director yang setiap hari bersinggungan dengan kebudayaan Indonesia, ibu dua orang anak ini pun sadar akan pentingnya menanamkan kecintaan terhadap budaya pada anak-anak. “Mengingat perkembangan jaman sekarang yang serba moderen, menurut saya sangat penting untuk mulai memberitahukan tentang nilai kebudayaan pada anak-anak. Secara perlahan, saya mulai menceritakan kisah perwayang pada anak-anak, memperkenalkan kembali bahasa daerah asal saya. Dan terakhir, saat pertunjukkan Jabang Tetuko kemarin, saya membawa anak-anak untuk ikut nonton. Ternyata mereka sangat tertarik dengan pertunjukan tersebut,” Renita berbagi pengalaman.

3 dari 4 halaman

Next

Kesibukannya di Djarum Foundation, sangat menyita waktunya sehari-hari dan nggak ada celah buatnya untuk santai. Ini juga dirasakan oleh tim FIMELA.com ketika membuat janji untuk bertemu dengan perempuan asal Kota Bandung ini. “Aktivitas saya di Djarum sudah sangat padat. Jadi, saat akhir pekan saya hanya menghabiskan watu bersama anak-anak di rumah. Karena dunia saya saat ini ya cuma pekerjaan, anak-anak, dan travelling. Dan, saat saya lelah dengan pekerjaan, satu-satunya obat mujarab adalah tidur. Karena saya sering sekali merindukan tempat tidur,” Renita tertawa ringan.

Berbicara tentang kebudayaan, kita ngak bisa lepas dari tradisi kuliner tradisional. Dan berbicara tentang kuliner, perempuan pengoleksi sepatu ini adalah orang yang tepat untuk diajak berdiskusi. “Selain travelling, saya juga hobi banget makan. Tapi, yang saya buru bukan tempat-tempat makan fine dining. Justru warteg dan makanan emperan yang menjadi tempat tujuan saya. Namun, sayang hobi saya ini nggak didukung sama anak-anak karena anak saya yang paling kecil “sangat higienis”. Anak-anak lebih memilih untuk tinggal di dalam mobil daripada harus ikut makan di pinggir jalan bersama saya,” tutur perempuan kelahiran bulan Februari ini sambil kembali tertawa.

4 dari 4 halaman

Next

Seolah sangat bertolak belakang dengan penampilan fisiknya yang terbilang langsing dan cukup fashionable, nggak disangka Renita sangat doyan makan dan sama sekali nggak bisa lepas dari nasi. Nggak cuma itu, berbagai makanan pun disantap hingga Renita pernah kolaps akibat hobi makannya ini. “Saya sama sekali nggak pantang makan, apapun saya makan. Dan saya paling nggak bisa kalau nggak ketemu nasi. Dalam sehari, saya harus makan nasi minimal sekali. Gara-gara hobi makan saya, kolesterol saya saat ini sudah kurang terkontrol. Bahkan, suatu waktu saya pernah pingsan setelah makan durian dan kambing dalam sehari. Walaupun sudah sering kena dampak akibat kebiasaan “jorok” saya, tapi tetap aja nggak memengaruhi saya. Karena menurut saya menikmati hidup adalah dengan cara makan, tidur, dan happy. So simple,” ujarnya santai.

Semakin lama berbicara berbicara tentang kuliner emperan dan tradisional, Renita semakin mantap menyebutkan beberapa tempat makan pinggir jalan dan di luar kota yang menjadi tempat favoritnya. “Nah, saat saya dinas di luar kota merupakan salah satu kesempatan emas untuk browsing kuliner tradisional di pasar-pasar tradisional di setiap daerah. Kalau di Jakarta tempat makan favorit saya untuk makan malam itu Sate Padang Santa dan Soto Ceker Melawai. Kalau siang hari, Rendang Pondok Jaya di Hayam Wuruk salah satu masakan padang yang harus dicoba. Dan kalau mau coba Nasi Uduk enak, Nasi Uduk yang ada di daerah kota juga salah satu tempat nasi uduk yang saya rekomendasikan,” ujar Renita yang juga hobi masak.

Karena schedule-nya yang padat, usai berbincang-bincang dengan FIMELA.com, Renita masih ditunggu beberapa meeting. Obrolan FIMELA.com dengan Renita pun ditutup dengan makan malam.