Next
Faktanya: Satu dari dua pernikahan berakhir pada perceraian. Dan apakah hal tersebut terjadi pada diri kita atau teman atau orang lain, secara nggak langsung sebenarnya kita dipengaruhi perceraian. Sementara perceraian sepertinya sudah menjadi bagian dari kultur masyarakat modern, punya berbagai efek pada kita sebagai individu, keluarga atau bagian dari masyarakat. Tapi yang jelas, “sembuh” dari luka perceraian, apakah kamu si istri, si suami atau anak dari perceraian, adalah yang paling sulit. Dari menerima sampai memaafkan, perceraian adalah sebuah proses untuk merelakan.
Perceraian juga bukan sesuatu yang tabu lagi. Banyak pasangan yang memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka saat merasa sudah terkurung dalam ketidakcocokan dan arah yang berbeda atau mulai menginginkan hal yang sangat berbeda dalam hidup.
Elizabeth Taylor – dengan delapan mantan suami – adalah contoh ekstrim bagaimana perceraian bisa menjadi sebuah awal yang baru.
Putri Diana, setelah bertahun mencoba mempertahankan pernikahannya, akhirnya menyadari kalau dia lebih baik sendiri.
Yoko Ono, si istri kedua yang terkenal, menunjukkan pada kita kalau perpisahan bukan lah akhir dari dunia. John Lennon menemukan cinta dan kebahagiaan baru dengannya setelah bercerai dari istri pertama.
What's On Fimela
powered by
Next
Ada beberapa pertanyaan yang harus kamu jawab sebelum memilih perceraian sebagai opsi. Karena keputusan untuk bercerai adalah satu yang konsekuensinya harus kita hadapi seumur hidup. Masalah dalam pernikahan, rasa sakit serta frustasi dalam hubungan belum tentu selalu berakhir dalam perceraian.
- Apakah kamu masih punya perasaan pada pasangan? Apakah sudah berkurang atau, kamu merasa nggak berdaya menghadapi masalah dalam pernikahanmu dan karena hal tersebut, merasa nggak dekat lagi secar emosional. Kalau masih tersisa rasa cinta dan sayang sebaiknya kamu memperbaiki hubungan terlebih dahulu. Karena kamu nggak mau memutuskan berpisah hanya berdasarkan emosi sesaat dan kemudian menyadari kalau kamu membuat kesalahan. Kalau ada cinta yang tersisa, coba bertemu dengan terapis atau penasihat pernikahan.
- Apakah memang ada “pernikahan”? Kalau pernikahanmu nggak lebih dari dua orang hidup bersama dan mencapai tujuan masing-masing, rasanya perceraian adalah jawabannya. Pernikahan adalah persatuan dua orang yang berusaha muntuk mencapai yang terbaik bagi hubungan. Pasangan yang sudah menikah bekerja sama untuk kebaikan hubungan. Kalau sudah tidak ada lagi “pasangan” hanya dua orang yang bertengkar untuk mendapatkan keinginan masing-masing, ada dua pilihan – berkomitmen untuk mengubah hubungan menjadi lebih baik atau berpisah.
Next
- Apakah keputusan untuk bercerai berdasarkan reaksi emosional atau keinginan dari lubuk hati yang terdalam? Kalau kamu siap untuk bercerai kamu harus melepaskan seluruh perasaan yang kamu miliki pada pasangan. Campuran dari perasaan yang positif dan negatif. Memutuskan untuk bercerai saat kamu sedang dikuasai emosi nggak akan menyelesaikan masalah.
- Apa yang menjadi motivasi untuk bercerai? Apakah kamu berharap dengan bercerai pasangan akan memperlakukanmu dengan lebih baik? Mungkin mereka menyadari betapa berharganya dirimu dan membuat perubahan yang kamu inginkan. Kalau iya, kamu bercerai untuk alasan yang salah. Perceraian akan mengakhiri pernikahan dan memisahkan keluargamu. Kalau kamu ingin perubahan dalam hubungan, bukan perceraian solusinya. Satu hal lagi yang harus kamu pikirkan; saat bercerai, pasangan (dan juga kamu) bebas untuk membangun hubungan dengan orang lain. Kalau hal tersebut membuatmu merasa nggak nyaman, sebaiknya berpikir ulang sebelum mengambil keputusan.
Next
- Apakah kamu sudah memikirkan konsekuensi negatif dari perceraian? Perceraian bisa berarti hilangnya harapan dan tujuan. Walaupun kamu yakin bahwa perceraian adalah yang kamu perlukan, kamu perlu sistem pendukung untuk menolongmu menghadapi stress yang berhubungan dengan perceraian. Kamu harus bisa menghadapi rasa sakit yang dirasakan oleh anak-anak dan membantu mereka menghadapinya. Kalau kamu pihak yang menginginkan perpisahan, kamu juga harus menghadapi rasa sakit yang dirasakan berbagai pihak terkait. Jangan biarkan rasa bersalah karena menginginkan perceraian menghalangi dirimu untuk mengatasi rasa sakit.
- Apakah kamu bisa bersikap dewasa setelah bercerai? Sikapmu akan menentukan hidup seperti apa yang akan kamu jalani setelah bercerai. Apakah kamu bisa kuat, bertanggungjawab dan melepaskan rasa marah dan kecewa? Atau, kamu menjadi orang yang pemarah serta merasa sebagai korban? Sikap yang kamu pilih akan menentukan, nggak cuma seperti apa perceraianmu tapi juga kualitas hidup yang kamu miliki setelah perpisahan.
Dalam setiap hubungan, pasti ada naik-turunnya, dan bagi pasangan yang “waras” pasti melakukan segala usaha yang terbaik untuk mempertahankan hubungan. Kalau pun akhirnya terjadi perceraian, itu merupakan pilihan yang terbaik untuk semua pihak, termasuk anak. Yang harus dipikirkan adalah, menjalani hidup setelah perceraian.
Perceraian memang sebuah proses yang traumatis bagi kebanyakan orang, karena memberikan keputusan dan closure yang lebih “final” dibanding perpisahan biasa. Merupakan momen final yang menjadi awal transisi ke babak baru dalam kehidupanmu – waktu untuk menyembuhkan luka hati dan mempersiapkan diri untuk awal baru.