Sex Talk: Soal Patokan Normal Dalam Seks

Fimela diperbarui 20 Jul 2011, 05:29 WIB

“Sebenarnya, dengan sebegitu banyaknya cara berekspresi dalam hal seks, gairah seksual dan fantasi, tidak ada yang namanya istilah “normal”,” kata Carole Altman, Ph.D., seorang pakar seks. Tapi, hal tersebut nggak membuat kita berhenti mencari pembenaran.

Pencarian akan patokan “normal” bisa jadi kenapa fakta tentang masih perawan atau tidak; umur berapa teman atau lingkungan bahkan para bintang terkenal kehilangan keperawanan selalu menjadi hal yang menarik.

Sexual insecurity bisa disebabkan banyak hal, sikap orangtua terhadap pendidikan seks, nilai moral dan keagamaan, tekanan pergaulan. Apa yang kita pelajari tentang seks – seperti apa pengalaman awal bahkan sampai seperti apa ketelanjangan dihadapi saat beranjak dewasa – juga memberikan pengaruh.

Banyak yang mengaku nggak berhubungan seks sampai menikah. Ada juga yang aktif secara seksual sampai akhirnya menikah. Rasa insecure tentang keperawanan, pengalaman, berapa banyak pasangan, juga masuk ke dalam daftar pertanyaan “normal” atau nggak.

Dengan kasus berbeda-beda, kebanyakan perempuan merasakan sexual insecurity. Karina*, 25 tahun, mengatakan kalau dia merasa malu jika tidak mencapai klimaks saat bercinta dengan pasangannya. “Orgasme sudah dekat, tapi, saya perlu satu langkah lagi, seperti menyentuh diri saya sendiri, tapi malu untuk melakukannya.” Lina*, 30 tahun, merasa gairah seks-nya terlalu berlebihan. “Di antara teman-teman, hanya saya yang suka nonton film porno dan sudah merasakan orgasme dengan menyentuh diri sendiri dari umur 14 tahun. Bukannya laki-laki, ya, yang seperti ini?”

Kenyataan pahitnya adalah apapun yang dilakukan seorang perempuan dalam hal seks, pasti ada saja yang akan men-judge bahkan dirinya sendiri. Jangan lupa, kalau kita nggak bisa menyenangkan semua orang, tapi bisa membuat diri kita sendiri lebih bahagia dan percaya diri termasuk dalam hal kehidupan seks.

Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi rasa nggak pede dalam hal seks.

  1. Berbagi rahasia. Kalau bisa menceritakan kepada pasangan tentang rasa nggak nyaman yang kamu rasakan, kamu bisa menjadi lebih yakin dan percaya diri.  Kalau malu, tuliskan apa yang kamu rasakan, berikan kepada pasangan dan tunggu. Begitu dia bisa mencerna apa yang kamu tuliskan, kalian bisa mulai membahasnya. Bisa juga memulai dengan “Kalau.” Pertanyaan seperti “Kalau saya kuatir karena saya nggak pernah orgasme?” Begitu percakapan berjalan lancar, kamu bisa sampaikan: “Saya jarang bisa orgasme.” Hanya dengan mengungkapkan saja bisa sangat melegakan perasaan. Satu catatan: Pasangan bisa saja bukan orang yang tepat untuk diajak berbagi. Coba dulu dengan teman sesama perempuan atau dengan terapis. 
  2. Negosiasi. Kalau pasangan memiliki gairah yang lebih rendah dibanding kita, perempuan seringkali merasa itu salahnya atau karena pasangannya nggak menganggap dia seksi, dan diam saja. Caranya hanya satu: Kompromi. Coba cari frekuensi yang bisa memuaskan kalian berdua. Dan jangan takut untuk memberikan servis pada diri sendiri. Mengerti kalau pasangan bisa saja merasa lelah, dan nikmati sesi solo.
  3. Latih ulang otakmu. Ini penting banget untuk para perempuan yang pengen – tapi malu – untuk menyentuh dirinya sendiri, mencoba berbagai posisi atau apapun yang mereka inginkan. Bayangkan mencoba meyakinkan pasangan keinginannya untuk oral itu nggak normal. Atau dia “oversexed” dan terlalu sering meminta. Bayangkan reaksinya. Nggak mungkin, kan? Tapi tetap saja banyak perempuan yang mengatakan pada dirinya bahwa apa yang mereka inginkan itu suatu hal yang memalukan. Coba bayangkan keinginanmu, apa yang kamu alami dan reaksimu yang akan membuatmu menjadi super ninja seksual. Hal menyenangkan tentang fantasi di tempat tidur adalah hal tersebut sangat mungkin untuk jadi kenyataan.
  4. Bergerak. Saat merasa nggak pede tentang seksualitas atau tubuh, salah satu cara gampang untuk meningkatkan penilaian akan diri adalah dengan melakukan kegiatan fisik. Olahraga yang membutuhkan ketahanan fisik bisa membantu kita mengatasi emosi negatif, dan latihan seperti pilates atau yoga bisa membantu mengedarkan energi positif dalam tubuh. Aktivitas seperti stretching atau toning juga bisa menambahkan pikiran menyenangkan tentang diri sendiri, melepaskan hormon endorfin serta menciptakan kepuasan yang bisa membantu melawan rasa nggak pede.
  5. Jangan biarkan pasangan jadi drakula percaya diri. Kalau pasangan nggak membuat kamu percaya diri, puas atau menarik secara seksual, sepertinya hubungan kamu harus dinilai ulang, diperbaiki atau diakhiri. Kamu merasa kalau pasangan perlu untuk diberi pengertian tentang sikapnya, coba baca buku-buku self-help bersama dan bicarakan apa yang membuat kamu merasa dihargai sebelum, saat atau sesudah bercinta. Nggak ada perubahan? Sepertinya kamu harus berpikir untuk mengakhiri hubungan. Kedengarannya berlebihan, bahkan ekstrim, tapi merasa malu atau nggak aman tentang seks masalahnya ada pada kalian berdua – nggak hanya bagian perempuan, walaupun seringkali si perempuan yang disalahkan atau merasa salah.
  6. Jangan hanya tunggu, berharap dan berdoa. Kedengaran klise, tapi untuk urusan kepuasan, pasangan butuh sedikit (atau banyak) arahan. Tubuh perempuan berbeda-beda, titik-titik kepuasan pun nggak 100% sama. Nggak mengatakan pada pasangan apa yang kamu inginkan akan membuat kalian berdua meraba-raba dalam gelap (not literally!) Banyak perempuan yang berasumsi pasangan tahu apa yang harus dilakukan. Mereka nggak menyampaikan keinginan, sehingga saat perempuan mengatakan, ‘Aku nggak bisa orgasme,’ bisa jadi berhubungan dengan aksi diam-nya. Dan untuk para perempuan yang merasa dirinya aneh karena nggak atau jarang merasakan orgasme saat bercinta, tenang saja. Hanya 30% perempuan mencapai klimaks secara rutin hanya dengan intercourse. Dan 10% perempuan yang mengaku aktif secara seksual nggak mendapatkan orgasme sama sekali.
  7. Nggak ada aturan dalam bercinta. Banyak yang percaya bahwa ada satu cara paling benar untuk bercinta, padahal anggapan tersebut salah. Mencari zona kenyamanan sendiri adalah kuncinya. Selama apa yang kamu inginkan di tempat tidur masih dalam batas kewajaran, aman dan nggak merugikan siapa pun, then it’s OK, if you feel OK about it. Mengucapkan selamat tinggal pada rasa insecure di tempat tidur nggak gampang, tapi ingatkan dirimu kalau pikiran negatif nggak akan menolong – bahkan, hanya menghalangi dirimu untuk menikmati sesi bercinta. Visualisasi bisa membantu. Coba bayangkan saat bercinta dengan pasangan ketika kamu nggak merasa ada batasan (saat kamu sedikit tipsy atau pun lebih santai dari biasanya). Memang, perlu latihan, tapi dalam urusan seks, that’s half the fun!