Next
Kalau kamu suka menonton berita lokal, pastinya kamu pernah melihat liputan laporan lalu lintas di sebuah stasiun televisi swasta yang dibawakan oleh beberapa Polwan Presenter dari National Traffic Management Center (NTMC) Polri. Brigadir Avvy Olivia Atam, Brigadir Astri Widya Rachmadani, Brigadir Satu Eka Frestya Yulianti, dan Inspektur Dua Eny Kuswidiyanti adalah sederet polwan yang sering menghiasi layar kacamu untuk membawakan situasi di sudut-sudut jalan tertentu. Melihat penampilan ‘prima’keempat polwan presenter tersebut, tim Fimela pun tertarik berbincang-bincang dengan mereka berbicara soal gaya hidup dan kecantikan.
Nggak mudah untuk bisa berbincang-bincang dengan “kembang”NTMC Polri ini, tim Fimela pun harus menempuh proses birokrasi di Kepolisian selama beberapa bulan. Dan akhirnya, pada awal bulan Juli, Fimela berhasil mendapat kesempatan untuk mengulik lebih dalam “sisi kemanusiaan”para polwan peresenter.
Proses untuk menjadi seorang polisi dan juga saat menjalani profesinya bukanlah sesuatu yang mudah, pastinya membutuhkan tekad yang kuat untuk bisa menjadi polisi dan menjalani tugasnya dengan baik. “Pada dasarnya tekad kami untuk menjadi seorang polisi sangat kuat. Kalau nggak, nggak mungkin kami akan menjadi seperti ini karena banyak sekali ujian dan proses yang harus dijalani untuk bisa sampai pada posisi ini,” Inspektur Dua Eny Kuswidiyanti angkat bicara.
Next
‘Polisi juga manusia’istilah ini kerap terucap saat kita melihat polisi melakukan aktivias di luar pekerjaan mereka (yang biasa terlihat mata), seperti hang out dan belanja di mall. Sebagai manusia biasa, bagaimanakah keempat polwan presenter ini menjalani kehidupannya di luar jam kerja? “Layaknya manusia biasa, kami juga melakukan aktivitas lain seperti yang biasa dilakukan orang pada umumnya, misalnya saja jalan-jalan, nyalon, mengurus suami dan anak, dan belanja. Kami juga punya kehidupan sendiri lha,â€ujar Briptu Eka, satu-satunya perempuan yang masih lajang di antara kuartet polwan presenter sambil tertawa ringan.
Namun, nggak bisa dipungkiri bahwa profesi sebagai polisi “membatasi†gerak mereka. “Kita pastinya punya gaya hidup sendiri di balik seragam polisi karena kita juga ‘kan perlu tahu update kondisi di luar. Supaya kita juga tahu isu yang sedang berkembang dan tahu apa yang diinginkan masyarakat dari polisi. Tapi, memang separuh kaki kita “diikat†sehingga kita harus tetap menjaga sikap walaupun kita sedang beraktivitas tanpa seragam,†Ipda Eny menambahkan.
Pekerjaan sebagai polisi, mengharuskan para polwan presenter ini juga turun ke jalan setiap hari. Namun, selalu bekerja dengan dilihat oleh masyarakat banyak tentu membuat mereka harus selalu tampil segar, makeup adalah salah satu senjata jitu yang bisa membuat penampilan mereka selalu fresh. “Makeup juga salah satu faktor penting penunjang pekerjaan kami. Kami tampil di masyarakat dengan menggunakan seragam, pastinya masyarakat akan senang melihat penampilan kami yang rapi dan segar. Tapi, semua penggunaan sudah tentu harus disesuaikan dengan peraturan yang ada di Kepolisian. Nggak mungkin tiba-tiba kami menggunakan cat kuku dan eyeshadow dengan warna nge-jreng,â€Brigadir Avvy kembali menambahkan.
Next
Setiap hari tampil di depan khalayak sudah pasti membuat para polwan, khususnya polwan presenter, sangat menjaga penampilan mereka. Ada nggak sih budget khusus yang disediakan untuk treatment dan berbelanja makeup serta baju setiap bulannya? “Kita nggak nyediain budget khusus. Semuanya tergantung kebutuhan. Kalau memang perlu ke salon untuk potong rambut atau creambath, ya kita pergi ke salon. Dan kalau sudah waktunya untuk belanja (kebutuhan bulanan), kita pasti belanja. Yang pasti kita nggak menyiapkan budget khusus untuk hal-hal seperti itu dan nggak mungkin juga besar pasak daripada tiang,” Ipda Eny menutup pembicaraan siang itu.