Next
Alasan utama mengapa pementasan ini digelar ulang adalah karena pada pertunjukannya di bulan Mei 2011 lalu, masih banyak pihak yang belum sempat menonton. Makanya, walaupun hanya digelar satu hari, pementasan “Jabang Tetuko” pada Sabtu (9/7/2011) kemarin dibagi ke dalam 4 waktu berbeda, yang diharapkan bisa memenuhi permintaan publik yang belum menikmati pertunjukan ini.
Menilik dari judulnya, “jabang” yang berarti bayi dan “Tetuko” yang merupakan nama sebelum Gatot Kaca menjadi ksatria, bercerita tentang seluk beluk bagaimana putra dari Arimbi dan Bimasena, bisa hadir menjadi pahlawan untuk melawan raja raksasa, Kala Pracona, yang murka karena lamarannya pada Dewi Supraba ditolak sehingga ia ingin menggempur kahyangan.
Karena menjadi pementasan tahap kedua, “Jabang Tetuko” kali ini merasa perlu menambahkan beberapa detail sebagai pembeda dari pementasan pertama mereka. Untuk di detail seni tari, yang sebelumnya telah dikombinasikan dengan Wushu, kini diperkaya dengan aksi Kalaripayattu, atraksi tarung pedang asal India, sehingga pertunjukan ini menjadi lebih dinamis. Selain itu, beberapa nama figur publik, seperti Happy Salma yang berperan sebagai Dewi Supraba, Restu Sinaga sebagai Bimasena, dan Sita Nursanti sebagai Arimbi, menjadi daya tarik tersendiri dalam “Jabang Tetuko” kedua ini.
Next
Pemilihan ketiga figur dalam pementasan legenda Jawa ini, menurut Mirwan Suwarso selaku sutradara, adalah pilihan yang cocok, karena mereka bertiga adalah pekerja seni yang berbakat di bidang mereka masing-masing. Seperti untuk Restu Sinaga, yang walaupun sama sekali nggak berdarah Jawa, namun semenjak kecil memang sudah tertarik dengan cerita Gatot Kaca, sehingga kesempatannya untuk memerankan tokoh Bimasena adalah sebuah penghargaan baginya. Sama halnya untuk Happy dan Sita, yang keduanya berasal dari Jawa Barat, mengaku perlu mendalami tradisi Jawa, khususnya cerita pewayangan dan Gatot Kaca, secara khusus untuk peran ini. Apalagi untuk Happy yang harus secara khusus belajar seni tari Jawa Tengah dengan dasar keahlian Tari Jaipong yang dimilikinya.
Ada sedikit kesan instan dalam mewujudkan “Jabang Tetuko” tahap kedua ini, karena ketiga pemeran baru ini hanya sempat berlatih selama 4 hari sebelum pementasan. Menjawab hal ini, Mirwan sama sekali nggak khawatir karena ketiga orang ini adalah sosok profesional yang bisa cepat mendalami peran. Apalagi, dengan penggunaan dialog Bahasa Indonesia dalam percakapannya dan nada diatonis yang diaplikasikan, membuat setiap pemeran dalam pertunjukan ini nggak menemui kesulitan.
"Ada sedikit kesan instan dalam mewujudkan “Jabang Tetuko” tahap kedua ini,"
Venue The Hall Senayan City, kembali dipilih sebagai tempat acara dengan penambahan set panggung dan film sebagai properti untuk meramu sinema, broadway, wayang kulit, dan seni tari wayang orang dalam satu pertunjukan. Pertunjukan juga dibuat seinteraktif mungkin dengan penonton, karena beberapa pemain datang menghampiri tamu undangan yang berada di barisan depan.