Mungkin sering muncul pertanyaan bagi kita kaum perempuan mengenai jumlah koki laki-laki yang lebih banyak dari koki perempuan. Berikut adalah beberapa alasan yang dapat kita temukan dan menjawab pertanyaan tersebut.
-
Keahlian perempuan untuk memasak merupakan hasil dari kebutuhan perempuan untuk melayani orang lain, suami, anak, atau anggota keluarga lainnya. Sehingga tujuan utamanya adalah memberikan makanan kepada orang lain. Sedangkan laki-laki dapat memasak di luar dari kebutuhan personal. Laki-laki dapat melihat masakan yang dia buat sebagai sebuah seni, di luar dari fungsi-fungsi lain seperti mengenyangkan perut. Makanya jangan heran kalau hasil masakan-masakan koki professional memiiki porsi yang sangat sedikit, dengan harga yang tinggi. “Men find food to be challenging, where women want to feed people,” begitu kata beberapa orang. - Pekerjaan menjadi koki tidak sekedar memotong wortel, mengupas bawang, atau membuat adonan. Chef works in a high-pressure condition. Tuntutan yang dimiliki oleh seorang koki bisa dari jumlah makanan yang harus mereka sajikan, kualitas rasa yang tidak boleh berubah, penyajian yang menarik dan classy, atau bertanggung jawab untuk memegang nama baik restaurant di mana dia bekerja. Hal-hal ini membutuhkan ketajaman etos kerja yang tinggi.
- Karena pekerjaan berat tersebut, dapur tempat koki bekerja tidak bisa dibandingkan dengan dapur para ibu-ibu memasak di rumah. It’s an aggressive work place. Selain itu, bekerja sebagai koki dituntut untuk tidak memiliki begitu banyak waktu untuk bersosialiasi. Kesehariannya banyak dilakukan di dapur saja dan memasak atau bereksperimen dengan makanan.
Walaupun begitu, koki-koki ternama di dunia juga banyak yang perempuan. Sebut saja Ann-Sophie Pic, koki perempuan asal Prancis yang telah mendapatkan banyak penghargaan sehubungan dengan karirnya sebagai koki, salah satunya adalah penghargaan World’s Greatest Female Chef dari 50 Best Restaurants. Atau Rachael Ray, seorang celebrity chef yang terkenal sekali dengan kemampuannya memasak sekaligus memandu talkshow yang berjudul sama dengan namanya. Jadi, dapat dikatakan perempuan yang menjadikan koki sebagai profesi mereka merupakan perempuan yang kuat dan memiliki mental baja. Atau Sandra Djohan, yang sukses dengan restoran Epilogue-nya.
Tapi tetap ujung-ujungnya siapapun akan selalu rindu dengan masakan di rumah yang dibuat oleh our best chef ever, Mother. So, what do you think?