Next
Glodok, daerah yang identik dengan etnik Tionghoa merupakan salah satu daerah bersejarah di Jakarta. Wilayah ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya saat perayaan hari besar Tionghoa karena pada saat itu Glodok dipenuhi dengan berbagai pertunjukkan kebudayaan tradisional Tionghoa. Selain terkenal dengan kebudayaan Tionghoa dan sejarahnya, salah satu harta karun tersembunyi di daerah Glodok yang nggak banyak diketahui orang adalah kekayaan wisata kuliner yang terselip di jalan-jalan kecilnya.
Berawal dari hobi makan dan traveling-nya, Lisa mendirikan sebuah komunitas Azanaya dengan kegiatan bulanan yaitu mencicipi berbagai masakan tradisional dari daerah-daerah di Indonesia. “Saya sebenarnya tukang jalan-jalan dan tukang makan. Dan saya melihat potensi di Jakarta, banyak sekali orang yang nggak tahu dan nggak bisa meraskan masakan rumahan. Awalnya juga saya cuma keliling dari satu tempat ke tempat lain bareng teman-teman. Tapi, ternyata banyak yang punya hobi sejenis dengan saya. Akhirnya pada bulan Mei 2009 tercetuslah Azanaya, Underground Secret Dining,” tutur Lisa dalam perjalanan menuju Rumah Kacang Hijau.
Sesampainya di sebuah rumah yang terkenal dengan Es Kacang Hijaunya, Lisa langsung memesankan kami Es Kacang Hijau dan sebuah makanan tradisional yang disebut Mi Pan. Mi Pan merupakan salah satu makanan tradisional khas Tionghoa yang terbuat dari tepung beras dan dimakan dengan menggunakan campuran gula jawa dan bawang putih. “Ini adalah tempat dengan kacang hijau terbaik yang pernah saya coba. Tempat ini sudah buka sejak tahun 1974. Dan makanan ini (Lisa menunjuk Mi Pan) belum tentu semua orang tahu dan pernah coba, sekalipun orang-orang dari etnis Tionghoa. Hal-hal seperti ini yang harus dilestarikan,” Lisa menjelaskan sambil menyantap segelas Es Kacang Hijau.
Next
Selesai mencicipi Es Kacang Hijau dan Mi Pan, Lisa mengajak tim FIMELA.com ke tempat berikutnya, ‘Gado-Gado Direksi’. Melihat kecekatan perempuan yang tengah melanjutkan pendidikan di bidang komunikasi ini menelusuri tiap jengkal daerah Glodok, membuat Lisa seolah merupakan salah satu penduduk wilayah ini. “Saya nggak tinggal di sini, kok. Tapi, memang daerah Glodok cukup mudah untuk ditelusuri. Saya suka daerah ini selain karena banyak tempat makan enak tersembunyi, Glodok juga merupakan salah satu tempat yang paling bersejarah di Jakarta,” Lisa tertawa sambil melangkah dengan mantap dari setiap gang ke gang lainnya.
Lima menit jalan kaki dari tempat pertama, akhirnya kami sampai di tempat ‘Gado-Gado Direksi’. Buat kamu yang doyan jalan-jalan dan makan, komunitas Azanaya yang didirikan Lisa Virgiano merupakan salah satu wadah yang bisa kamu coba. “Melalui Underground Secret Dining saya ingin memperkenalkan lagi makanan tradisional Indonesia. Kehidupan anak muda zaman sekarang yang lebih suka dan sering mengunjungi pusat perbelanjaan dan mengonsumsi berbagai makanan ala barat dan cepat saji, lama-kelamaan bisa membuat keberadaan makanan tradisional tergerus zaman. Lewat kegiatan seperti ini, kita bisa membantu melestarikan kuliner tradisional. Selain itu, nggak banyak juga orang yang bisa mencicipi berbagai makanan tradisional rumahan dari berbagai daerah di Indonesia untuk tahu tentang kuliner Indonesia,” Lisa menjelaskan di sela-sela waktu menunggu pesanan gado-gado kami datang.
“Nggak disangka, setelah Underground Secret Dining berjalan, komunitas Azanaya yang awalnya hanya beberapa puluh orang, berubah drastis hingga mencapai ribuan. Ternyata banyak orang yang masih tertarik dengan kebudayaan Indonesia, hanya saja kita memang harus pintar mengemasnya. Ini semua bukan karena acara saya yang bagus tapi karena memang karena isi kebudayaan tradisional Indonesia yang sangat menarik untuk diulik. Misalanya, saya pernah menyajikan hidangan jamur asal Bangka (kulat) yang dijual dengan harga 1 juta rupiah per kilo. Mungkin banyak orang yang nggak tahu tentang keberadaan jamur seperti itu dan hanya berbangga saat mengonsumsi jamur-jamur dari luar negeri. Saya ingin mengajak orang untuk tahu bahwa banyak lho kekayaan kebudayaan (kuliner) Indonesia yang nggak kalah lezatnya,” Lisa kembali menjelaskan sambil mempersilakan kami mencicipi hidangan Gado-gado Direksi yang telah tersaji.
Next
Selesai dengan gado-gado, kami beranjak ke tempat penjual opak dan mencicipi masakan lindung yang ada di sebuah rumah makan di sebuah terpencil yang bernama Pasar Gelap.
Banyaknya yang masih tertarik dengan berbagai warisan kuliner tradisional Indonesia terlihat dari kerumunan orang yang menyemuti setiap stan dalam bazaar ini. Bahkan, orang asing pun turut ambil bagian dalam bazaar makanan Underground Secret Dining.
“Sebenarnya, nggak masalah kalau kita suka makanan steak, pasta, dan berbagai makanan ala Barat lainnya. Tapi, ada baiknya kita mengenal lebih jauh kebudayaan Indonesia melalui makanannya. Dan ini juga merupakan salah satu cara untuk menyemangati para produsen makanan tradisional agar mereka terus berproduksi. Karena kalau nggak ada permintaan pasar tentu para produsen itu nggak akan berproduksi. Inilah yang menyebabkan kebudayaan kita mati dan saya ingin meminimalisasi hal-hal seperti ini,” ujarnya sambil menyantap hidangan lindung yang kami pesan.