Imam Wibowo, laki-laki yang kerap menyapa pendengar U FM Jakarta setiap pagi, mengaku mulai menyukai Superman sejak usia 5 tahun sejak pertama kali ia diajak oleh ayahnya nonton “Superman: The Movie” yang dibintangi oleh Christopher Reeves. Mulai dari situ, ia mulai mengumpulkan komik dan pernak-pernik tentang Superman, dan saat ia sudah bisa punya uang sendiri, mulai mengumpulkan action figure dan statue Superman. Hampir sama dengan Imam, Marcel, panggilan pendek Marcellino, pun memulai kesukaannya pada Superman sejak masa SD-nya. “Awalnya karena saya senang gambar dan karakter superhero yang saya suka gambar adalah Superman, karena dia berwarna cerah dan gagah tanpa topeng. Soalnya, superhero yang lain, seperti Batman, bertopeng jadi mukanya nggak keliatan dan warnanya gelap. Kalau Superman, apalagi di gambar animasi, kelihatan hebat banget dengan peluru memantul-mantul,” cerita Marcel semangat.
Kombinasi merah, biru, dan kuning yang cerah pada kostum Superman juga menjadi daya tarik Imam untuk menyukai karakter ini, namun dia punya satu alasan khusus kenapa Superman nggak tergantikan dengan action figure lainnya. “Karena dia bisa terbang! Saya pengen jadi pilot tapi nggak kesampaian,” buka Imam tentang alasan khususnya.
Bukan penampilan fisik saja yang mereka kagumi dari Superman. Walaupun karakter ini jelas-jelas fiksional, baik Imam maupun Marcel menarik filosofi tertentu dari karakter pahlawan super ini.
“Superman itu mengajarkan kita bagaimana menjadi sosok yang rendah hati dan nggak egois. Dia punya kekuatan yang luar biasa tapi nggak show off dan menggunakannya hanya di saat dibutuhkan, itu pun bukan untuk keuntungan pribadi, tapi untuk kepentingan dan kebaikan orang banyak. Dia juga rela menjalani dua kehidupan, sebagai Superman dan Clark Kent, selain untuk masalah privasi, tapi juga untuk menjaga orang-orang yang dicintainya. Istilahnya adalah, kita tuh hidup di dunia ini mesti jadi sesuatu yang berguna, nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga buat semua orang,” urai Imam panjang lebar. Setali tiga uang dengan Imam, Marcel ikut menambahkan bahwa nggak perlu menjadi orang kaya terlebih dahulu untuk bisa membantu banyak orang. “Superman dibesarkan oleh pasangan petani, bukan dari keluarga kaya, tapi dia bisa menjadi orang yang berguna bagi orang banyak,” timpal Marcel.
Walaupun begitu, baik Imam dan Marcel nggak menutup hati mereka untuk suka dengan action figure lain. Bagi Marcel, action figure Green Lantern cukup menarik baginya yang pernak-perniknya juga sudah banyak ia kumpulkan, yang dicari berbarengan saat hunting barang-barang Superman. Begitu juga dengan Imam yang menyukai Batman karena dia berteman Superman. “Suka Batman mungkin hampir sama dengan Superman. Saat saya tumbuh kembang, kebetulan kedua superhero itu yang lagi happening tampil di berbagai media selain komik, seperti film dan serial TV. Dan, Batman menarik karena memiliki alat-alat canggih yang keren-keren,” cerita Imam.
Sebelum mengakhiri pembicaraan tentang Superman, FIMELA.com bertanya akan sampai kapan kecintaan mereka akan Superman bertahan, dan untuk Imam dan Marcel, mereka yakin bahwa kekaguman mereka terhadap karakter ini bisa awet untuk selamanya. “Sampai sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun, saya masih suka sama Superman, dan nggak kepikiran untuk berubah. But, we never know what will happen in the future,” kata Imam bijak. Sama dengan Imam, Marcel juga belum terpikir untuk menggantikan Superman dengan idola yang lain. Baginya, Superman sudah menjadi figur idola yang mendarah daging. “Dewi, istri saya, dan Brinette, putri saya, pun jadi bisa ikut suka juga dengan Superman karena saya” katanya bangga. Tapi, Marcel menegaskan bahwa walaupun ia termasuk laki-laki yang sadar akan keindahan tubuhnya, nggak akan pernah percaya diri mengenakan kostum ketat Superman, seperti yang berani dilakukan oleh Imam. “Walaupun cuma animasi, Superman itu di mata saya selalu ganteng, sementara saya melihat diri saya nggak seganteng dan sesempurna itu. Jadi, cukup Imam saja yang mengenakan kostum Superman,” kata Marcel yang disambut derai tawa.