Beauty Is Pain. Is It?

Fimela Editor diperbarui 20 Mei 2011, 09:59 WIB

Benar nggak sih kalau perempuan rela melakukan apapun agar mereka bisa tampil dengan sempurna? Rasa sakit seringkali nggak dipedulikan demi tercapainya kesempurnaan penampilan. Benar atau nggaknya pernyataan tersebut, cuma kamu yang bisa menjawab.

Hampir semua peserta dalam Fimela Luncheon kali ini setuju kalau ada sebuah harga yang harus dibayar untuk bisa mendapatkan penampilan yang sempurna. Bahkan, Anastassia F. Sadikun, salah satu peserta Luncheon kali ini mengaku pernah melakukan hal yang cukup ekstrim untuk menurunkan berat badannya agar dia bisa tampil dengan kondisi tubuh yang lebih baik. “Saya dulu pernah melakukan mesolipo (teknik menyuntikkan racikan obat-obat penghancur lemak dan pembawa lemak) selama 6 bulan untuk menurunkan berat badan. Sebenarnya dulu saya mau mencoba liposuction, tapi ternyata nggak bisa karena kondisi berat badan saya nggak memungkinkan dan itu justru bisa membahayakan diri sendiri. So, akhirnya saya mencoba mesolipo dan berat saya bisa turun hinggag 16 kg. tapi,” ujar perempuan yang biasa disapa Tasya.

Namun, ternyata menurut Yunika kecantikan nggak selalu harus diukur dengan penampilan fisik. Menurutnya, kecantikan dari dalam (inner beauty) adalah faktor yang paling utama. “Kayanya cantik nggak selalu harus dibayar dengan sesuatu yang menyakitkan, inner beauty justru sesuatu yang paling penting,” ujar Yunika.

Tentunya banyak faktor yang menyebabkan perempuan rela melakukan pengorbanan agar mereka bisa tampil optimal. Sebenarnya faktor apa yang paling mempengaruhi perempuan dalam menjaga penampilan mereka? Semua peserta Luncheon setuju kalau tekanan masyarakat dan intervensi media sangat mempengaruhi keputusan para perempuan untuk melakukan sesuatu demi menjaga penampilannya. “Media sangat mempengaruhi masyarakat. Misalnya, saat melihat iklan pemutih wajah. Ketika ada iklan pemutih, pastinya kita akan berpikir ada sesuatu yang salah dengan kulit kita hingga ada produk pemutih kulit,” ujar Mayang.

Mayang juga menambahkan, “Sebenarnya cantik adalah stereotipe. Saya pernah tinggal di Belanda selama satu tahun dan sejak itu saya tahu bahwa definisi cantik antara orang Indonesia dan orang Eropa sangat berbeda. Konsep cantik umum yang beredar di Indonesia adalah putih dan langsing. Dan ini sangat berbeda sekali dengan orang-orang di Eropa (Belanda khususnya) yang justru nggak suka dengan perempuan berkulit putih dan terlalu kurus. Tekanan-tekanan dari masyarakat inilah yang mempengaruhi kita, saya pun termasuk salah satu orang yang terpengaruh oleh tekanan orang sekitar.”

Ternyata stereotip masyarakat sekitar tentang ‘cantik’ justru bisa membuat orang tertekan secara psikologis. Ini terjadi pada Putri yang pernah merasa minder dengan kondisi tubuhnya. “Dulu saat sekolah, pertumbuhan saya lebih cepat dibandingkan dengan teman-teman sebaya. Dan karena perkembangan saya yang seperti itu, saya pun diolok-olok oleh teman-teman. Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa konsep ‘cantik’ yang ada di kepala teman-teman adalah perempuan yang putih, tidak gemuk, dan kulit bersih tidak berjerawat. Dan itu membuat saya minder dan nggak percaya diri. Tapi, sekarang saya nggak terlalu memusingkan itu dan kalaupun sekarang saya diet itu untuk menjaga kesehatan saja,” tutur Putri sambil mengenang.

Namun, pada akhirnya semua usaha yang dilakukan pun akan sia-sia saat kita melakukan semuanya hanya untuk menyenangkan orang lain. “Sebaiknya, kalau kita memang ingin melakukan usaha untuk bisa tampil cantik, lakukanlah untuk diri sendiri. Jangan cuma melakukannya hanya untuk membahagiakan pacar apalagi karena ngedengerin orang lain. Karena pada satu titik kita bakal capek dengan sendirinya dan akhirnya berhenti berusaha. Lagipula bukankah seorang pacar seharusnya bisa menerima kita dalam kondisi apapun?” Katerine angkat bicara.

Nah, Fimela friends bagaimana dengan kamu? Apakah kamu setuju dengan istilah ‘Beauty is pain’? Atau mungkin kamu punya pengalaman ekstrim dan dan nggak umum saat akan berusaha tampil cantik? Share with us

 

Pendaftaran Fimela Luncheon: email data diri dan profesi ke nuniek@fimela.com