Kisah Perjalanan Hidup Metropole XXI

Fimela Editor diperbarui 26 Apr 2011, 04:00 WIB

Berdasarkan catatan yang ada, bioskop mulai diperkenalkan di Hindia Belanda (nama Indonesia pada waktu itu) pada tahun 1895 oleh Robert Paul. Dan pada tahun 1936, sudah tersebar sebanyak 225 buah bioskop di seluruh Hindia Belanda. Kemudian, tahun 1949 di sebuah sudut Jalan Cikini Raya dibangunlah sebuah bioskop yang mampu menampung sekitar 1.700 penonton. Pada tahun 1951 Metropole pun diresmikan dan dibuka untuk umum. Sepanjang perjalanannya, biosksop ini sempat berganti nama hingga dikenal juga dengan sebutan bioskop Megaria.

Bioskop Metropole dirancang oleh seorang warga keturunan Tionghoa Liauw Goan Seng. Goan Seng merancang Metropole dengan desain Art Deco sebagai bagian perkembangan arsitektur dunia Art Nouveau. Desain arsitektur Art Deco lebih sederhana jika dibandingkan dengan desain Art Nouveau yang lebih menekankan pada detail. Berdasarkan fakta tersebut, Metropole merupakan salah satu contoh sejarah perkembangan dunia arsitektur Indonesia.

Di dalam komplek bioskop ini, nggak cuma terdapat tempat pemutaran film. Di sekeliling gedung bioskop terdapat berbagai kios makanan, wartel, dan juga tempat billiard. Salah satu kios makanan yang cukup terkenal di komplek ini adalah kios Pempek Megaria dan Ayam Kambal Ijo.

Layaknya gedung-gedung yang mengandung nilai sejarah lainnya, Metropole pun sempat berada dalam masa keterpurukan fisik gedung. Cat bangunan yang nggak terawat dan beberapa fasilitas bioskop, misalnya saja toilet dan koridor bioskop yang terkadang berbau tidak sedap sempat mengganggu kenyamanan para pengunjung. Hingga pada awal tahun 2000-an pamor Metropole kalah dengan bioskop-bioskop lain yang lebih bagus.

Pada awal 2007, beredar kabar bahwa gedung bioskop ini akan dijual, dengan harga Rp151.099 milyar. Namun, beruntung belum sempat terealisasi, kompleks bioskop Metropole  pun mengalami perombakan dan berganti nama menjadi Metropole XXI.

Sejak 1993, berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No 475 Tahun 1993 bangunan ini termasuk ke dalam cagar budaya kelas A yang tidak boleh dibongkar karena usia gedung sudah lebih dari 50 tahun. Kondisi Metropole XXI saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Nggak hanya pemugaran gedung bioskop, beberapa titik di dalam kompleks bioskop pun turut dirapikan sehingga suasana di kompleks Metropole jadi sangat nyaman bagi semua pengunjung. Selain itu, lokasinya yang strategis juga salah satu faktor utama yang terus membuat bioskop ini hidup.