Good Manner, Masih Perlu?

Fimela Editor diperbarui 08 Apr 2011, 04:20 WIB

Karena nggak pernah mendengar kata ‘maaf’ dari Sang Bos, akhirnya seorang staf memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. “Saya bekerja dengan mantan bos saya itu hanya satu tahun. Dia orang yang moody dan cukup semena-mena, mudah meledak-ledak dan bisa berubah menjadi baik dalam seketika. Dia nggak pernah memikirkan bagaimana sakit hatinya orang atas perlakuan dan kata-katanya, tanpa pernah sekalipun kata ‘maaf’ keluar dari bibirnya karena baginya saya hanya bawahan. Sampai akhirnya saya nggak tahan saat dia menyalahkan saya di depan rapat besar atas kesalahan yang sebenarnya dia lakukan. Akhirnya saya meledak di dalam rapat dan membeberkan semua fakta. Saat itu juga saya mengundurkan diri dengan hormat dari tempat saya bekerja. Sampai detik ini, saya nggak pernah mendengar kata ‘maaf’ terucap dari mulutnya dan setelah enam bulan berlalu saya masih merasa sakit hati atas perlakuannya. Padahal kalau saat itu dia sedikit sadar dan mau minta ‘maaf’ mungkin saya juga nggak akan berbuat seperti itu dalam rapat,” ujar perempuan yang kini bekerja di advertising agency.

See, bagaimana hebatnya kata maaf memengaruhi hidup kita. Seorang bos yang tidak kenal kata ‘maaf’ mampu “memaksa” seorang karyawan untuk resign dari pekerjaannya. Tentunya Si Bos nggak akan “dipermalukan” di dalam rapat kalau saja dia mau menyadari kesalahannya. Lihat, sangat fatal kan dampak yang bisa ditimbulkan.

Saat bekerja, seberapa sering sih kamu menggunakan jasa Office Boy (OB) kantor? Kalau kamu nggak bisa lepas dari Sang OB, sering-seringlah kamu say ‘thanks’ kepada kuncen kantormu. “Saya sama sekali nggak pernah nyepelein ucapan ‘terima kasih’ karena memang saya selalu diajarkan untuk, mengucapkan ‘terima kasih’ setiap saya mendapatkan bantuan. Dan ternyata hanya karena nggak pernah lupa say ‘thanks’, pekerjaan saya di kantor sangat terbantu oleh OB yang biasa saya mintai bantuan. Setiap hari saya nggak pernah absen menggunakan jasa OB untuk mengantarkan berbagai macam surat ke klien. Dan entah kenapa sebelum dimintai bantuan, dia selalu bertanya pada saya ‘Ada yang harus diantar nggak, mba, hari ini?’ Tentunya ini sangat membantu pekerjaan saya. Mungkin karena saya selalu bilang ‘makasih’ sama dia kali ya,” seorang marketing communication sebuah bank swasta bercerita pada FIMELA.com.

Nah, apa sekarang kamu masih menganggap remeh ‘terima kasih’ dan ‘maaf’. Sering-seringlah meminta maaf saat merasa berlaku kasar pada orang lain. Sebelum berkata atau berbuat kasar coba posisikan bagaimana kalau kamu menjadi mereka. ‘Pintar merasa’ sangat penting diaplikasikan dalam pergaulan dan ‘merasa pintar’ rasanya adalah sikap yang sudah harus kamu buang jauh-jauh. Dan ingat, selalu ucapkanlah terima kasih untuk setiap bantuan yang kita terima, tanpa mengukur besar-kecilnya bantuan. Coba segera aplikasikan dalam kehidupanmu dan kamu akan segera merasakan dampaknya.-