Operasi Plastik Bisa Mengurangi Migren

Fimela diperbarui 01 Apr 2011, 06:07 WIB

 

Michelle Cramer menghilangkan migren yang mengganggu dan garis-garis pada wajahnya berkat operasi plastik. Michelle bisa mengalami 15 migren dalam sebuan selama hampir sepuluh tahun sampai akhirnya dia melakukan operasi plastik untuk “melumpuhkan” beberapa syaraf yang ternyata penyebab sakit kepalanya. “Sekarang paling dua migren dalam setahun,” aku Michelle, 38, seorang illustrator asal Williamsburg.

“Teorinya adalah, ada beberapa lokasi di luar otak di bagian wajah dan di belakang kepala yang menjadi penyebab migren dan, kalau “dibuang” lewat operasi, migren akan menghilang,” kata Dr. Richard Lipton, dari Montefiore Headache Center di New York.

Operasi untuk menghilangkan migren adalah sebuah terobosan baru. Menurut informasi dari artikel sebuah jurnal kesehatan, dari 30 juta orang yang menderita migren, sebagian bersar adalah perempuan. Penelitian ini melibatkan 75 pasien dengan ukuran migren sedang sampai parah. Trigger migren terletak di dahi, pipi dan di belakang kepala/leher, kemudian disuntik dengan Botox. Kalau trigger migren tersebut merespon Botox, dalam arti mengurangi migren selama enam sampai delapan minggu, maka pasien dioperasi untuk membuang trigger tersebut.

49 pasien dioperasi tergantung pada titik penyebab migren mereka. “Untuk pasien dengan sakit kepala di bagian dahi, kami mengoperasi beberapa otot di dahi,” jelas Dr. Bahman Guyuron. Beberapa yang penyebab migren-nya ada pada pelipis, menjalani operasi pengangkatan syaraf kecil di pelipis. Dan yang penyebab migren ada belakang kepala, Dr. Guyuron mengganti sedikit otot di sekitar syaraf occipital/bagian belakang kepala dengan lemak untuk melindungi syaraf agar tidak lagi ditekan oleh otot.

Setelah satu tahun, hampir 84 persen pasien tersebut berkurang migren-nya sampai 50 persen atau lebih. Sementara sebagian migren-nya benar-benar hilang. Beberapa pasien sempat mengalami mati rasa pada beberapa bagian wajah, tapi hanya sebentar.

Dr. Guyuron yakin kalau prosedur ini, yang sudah ia lakukan pada lebih dari 400 orang, bisa menguntungkan bagi para penderita migren. “Ini bukan operasi yang besar atau sulit. Hanya memakan waktu sekitar satu jam untuk setiap titik trigger, dan maksimum tiga setengah jam,” katanya. “Kebanyakan dari para pasien langsung pulang ke rummah setelah di operasi dan kembali beraktivitas seminggu kemudian.

Tapi menurut Dr. Lipton, “Ini hanya ditujukan untuk orang-orang yang menderita migren akut. Yang sudah menjalani berbagai macam terapi medis dan titik trigger-nya nggak bisa diidentifikasi. Serta sudah melalui proses penyuntikan Botox untuk tes.

Mungkin kah prosedur ini sudah bisa dilakukan di Indonesia? We will investigates more.

What's On Fimela