Singkat saja judul film ini, “?”, atau bisa juga dikatakan “Tanda Tanya”. Hanung tidak bisa memberi judul apapun karena ia sendiri bingung menamai situasi keagamaan di Indonesia sekarang. Namun, jalan cerita yang dipaparkan selama hampir 90 menit sama sekali bukan masalah singkat yang bisa diselesaikan dengan cepat. Perbedaan etnis dan agama adalah inti ceritanya, dimana etnis Tionghoa beragama Buddha, suku Jawa beragama Islam, dan agama Katolik, berdampingan dalam satu wilayah, dan harus menghadapi gesekan demi gesekan. Lingkungan masjid yang menyuarakan adzhan shalat 5 waktu, bersisian dengan dentang bel gereja, dan bersampingan dengan orang Tionghoa yang bersembahyang menggunakan dupa. Konflik muncul satu per satu mulai dari hal kecil, seperti tatapan mata yang tajam hingga akhirnya keluar makian yang membuat rusuh, dan memporakporandakan ketenangan warga.
Hanung membuat film ini karena risih, Islam, agama yang dianutnya, dikatakan sebagai agama yang tidak toleran dan tidak bisa hidup berdampingan dengan agama lain. Daripada berteriak di depan gedung parlemen atau berdemo di jalan protokol Jakarta, Hanung memilih bersuara melalui layar lebar. Ia akui bahwa masalah dan karakter yang bermain di film ini diinspirasi dari kejadian nyata, sehingga ini bukan film mengada-ada, melainkan gambaran kenyaaan bahwa masalah perbedaan agama masih bercokol di Indonesia. “Masalah toleransi memang ada di kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang ada di film ini benar ada, sebagian mereka masih hidup. Khusus untuk karakter Soleh (yang diperankan oleh Reza Rahadian), terinspirasi oleh Riyanto yang aksi heroiknya didekasikan oleh Wahid Institute sebagai nama beasiswa,” terang Hanung di jumpa pers, Kamis (31/3/2011).
Ia mengaku untuk membuat film ini berisiko besar untuk dikritik, bahkan mungkin dicekal. Itu sudah dimengertinya saat ia mengajukan proposal ke sebuah production house, namun ditolak dengan alasan karena mengangkat unsur agama yang bukan mayoritas. Setelah film ini akhirnya jadi, Hanung pun menghadapi perdebatan dengan pemuka agama dan Lembaga Sensor Film yang keberatan dengan beberapa adegan atau dialog. Namun dengan berbagai hambatan itu, Hanung masih yakin kalau film ini adalah tontonan yang patut disimak, karena menyuarakan pesan yang berani namun tidak menjelek-jelekkan sesuatu dan berujung pada kebaikan. “Ini adalah kado saya untuk Hari Perfilman Nasional. Saya mengajak orang-orang untuk membuka mata dan berani tanpa harus menjelek-jelekan suatu agama atau suku,” imbaunya.
Film “?” tergolong film Indonesia yang berkualitas bagus. Detail tempat dan pemilihan aktor/aktris digarap rapi oleh Hanung beserta tim. Walaupun pernah melihat Revalina S. Temat berperan sebagai perempuan taat beragama dengan mengenakan jilbab, penonton tidak bosan melihatnya lagi bermain mirip seperti peran terdahulunya di “Perempuan Berkalung Sorban”. Setiap karakter di film ini pun mampu tampil total dan bisa menyeimbangkan ritme akting dengan aktor/aktris yang lain, seperti Hengki Sulaiman, Agus Kuncoro, Rio Dewanto, Reza Rahadian, Endhita, dan bahkan Glen Fredly pun ternyata bisa berakting.