Lisa Namuri: "Less Pain, More Gain"

Fimela Editor diperbarui 22 Mar 2011, 01:30 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Menyukai dunia olahraga sejak kecil membuat Lisa aktif di berbagai cabang olahraga hingga ia sempat menjadi salah satu atlet junior softball nasional saat SMA. Namun, saat ia harus melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Lisa harus mengubur passion-nya pada olahraga dan fokus pada dunia pendidikan. "Sejak dulu saya memang suka olahraga. Tapi, waktu kuliah, saya harus fokus belajar sampai-sampai saya nggak lulus seleksi pra-PON. Saat itu rasanya sedih sekali," ujar Lisa mengenang.

Gagal seleksi pra-PON, Lisa masih dipertemukan dengan cabang olahraga lain lewat seorang trainer body language yang khusus melatih kakaknya seusai melahirkan. "Sesudah melahirkan, kakak saya memanggil perlatih body language ke rumah. Iseng, saya coba ikutan body language. Entah kenapa, instruktur body language-nya terkesan dengan gerak tubuh saya saat mengikuti body language dan saya pun diminta untuk menjadi asistennya. Tanpa berpikir berulang-ulang, saya pun menyetujuinya. Dari sinilah awal saya berkenalan dengan berbagai macam olah tubuh," tuturnya ringan.


Sejak saat itu, Lisa mulai mencari tahu lebih dalam dari berbagai buku referensi tentang olah tubuh tersebut. Klien-klien pun mulai berdatangan meminta untuk dilatih olah tubuh. Dan, akhirnya saat itu Lisa membuka studio kecil-kecilan di Bandung. Sebagai seorang mahasiswa, penghasilannya sebagai trainer tergolong sangat besar.

 

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

 


Setelah mempersembahkan gelar sarjana dalam bidang meteorologi dan geofisika, akhirnya Lisa kembali pada passion awalnya dalam bidang olahraga. "Setelah lulus, orang tua saya pun membolehkan saya untuk mengambil sekolah lagi dalam bidang fitness. Tahun 2002 saya sekolah di Reebok University Fitness di Jakarta. Dan setelah saya mencari tahu informasi lebih lanjut tentang industri fitness, saya pun berangkat ke Australia tahun 2003 dan menimba ilmu di Fitness Institute Australia. Di sana saya memperoleh semua pemahaman tentang berbagai jenis olah tubuh, termasuk tentang classical Pilates. Kemudian, saya pun memilih untuk mendalami cabang pilates pada tahun 2006, STOTT Pilates, yakni cabang pilates yang gerakannya bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang. Dan menurut saya Pilates adalah olahraga yang paling sempurna dan bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan sehari-hari," ujar ibu dua orang anak ini.

 

4 dari 4 halaman

Next

 

Ketenaran nama Lisa di Bandung dalam dunia fitness turut membawa hasil saat ia pindah ke Jakarta. Perlahan, dari mulut ke mulut, klien mulai berdatangan satu per satu. Dikenal sebagai "instruktur kejam", Lisa sukses mewujudkan impian kliennya satu per satu. Saat ini mulai dari publik figur, artis, hingga politikus, seperti Becky Tumewu, Cornelia Agatha, dan Maudy Koesnaedi, harus antre agar bisa merasakan bimbingan Lisa untuk membentuk tubuh mereka. "Lisa itu kejam banget. Dia pasti bakal ngerjain kita dengan berbagai gerakan ajaibnya sampai kita basah keringat," ujar Sophie Navita sambil tertawa saat ditemui sedang latihan bersama Lisa di kediamannya. Kepadatan jadwal Lisa akhirnya membuat Lisa membuka studio olah tubuh yang diberi nama Lisa's House yang terletak di daerah Joglo.

Sukses dalam bidang yang disenangi, Lisa masih memendam cita-cita besar untuk mengembangkan pilates yang digelutinya. "Saya ingin sekali menyebarluaskan Lisa's Program ke seluruh Indonesia. Selain itu, saya juga ingin mempunyai sebuah studio yang besar yang dikelilingi oleh jogging track dan berbagai pohon buah. Jadi, nanti orang-orang yang memang ingin sehat dan menjadi langsing cukup tinggal di Lisa's House ini selama dua minngu. And one day, saat uang bukan lagi masalah bagi saya, saya ingin sekali membuka klub fitness gratis untuk para manula agar mereka bisa sehat dengan cara yang benar. Yang paling penting dan utama dari semuanya, saya mau mengubah mind set 'no pain no gain' menjadi 'less pain more gain'," ujarnya menutup pembicaraan siang itu.