Pada minggu lalu, telah diangkat obrolan para Fimela Friends tentang lebih enak mana antara bos perempuan atau bos laki-laki. Sekarang giliran membahas strategi belanja agar terkontrol dan berkualitas. Saat FIMELA.com memulai diskusi tersebut, Anty yang sehari-hari berprofesi sebagai fashion designer, langsung menjawab strateginya yang merupakan cara lama, yaitu menaruh uang dalam pos-pos yang berbeda, sehingga bila di suatu pos masih ada uang berlebih, itu boleh digunakan untuk belanja keperluan pribadi. Hal tersebut turut diiyakan oleh Lina, ibu rumah tangga dengan lima anak laki-laki, yang mengatakan bahwa bila masih ada sisa uang di pos tertentu, itu bisa digunakan untuk menyenangkan diri sendiri.
Sambil memilih menu, Elshii, bintang iklan yang telah dikaruniai dua anak, mengaku sudah lima tahun menutup kartu kreditnya, dan langsung disambut persetujuan oleh Ami, ibu rumah tangga dengan tiga putri. Bagi mereka, peristiwa kartu kredit yang overlimit sudah cukup mengajarkan bahwa berbelanja lebih aman menggunakan uang tunai, sehingga mereka bisa tahu betul kemampuan berbelanja mereka. Lain dengan Anty, yang menganggap mempunyai kartu kredit minimal satu di zaman seperti ini masih wajib, karena terkadang ada satu dua kepentingan mendadak dengan urusan pembayaran yang harus segera diselesaikan, dan kartu kredit adalah pegangannya. Maka baginya, berbelanja menggunakan kartu kredit harus melihat harga barang. Bila yang diinginkan berharga mahal dan perkiraannya ia tidak akan bisa melunasi barang tersebut di bulan depan, maka ia urungkan untuk membeli. Baginya, kartu kredit hanya untuk menunda pembayaran hingga bulan depan, tidak sampai berbulan-bulan lamanya yang membuat utangnya semakin bertumpuk. “Kalau nggak bisa lunasin bulan depan, tandanya kita nggak mampu untuk beli itu,” tandasnya.
Menilik soal tren belanja online, Ira, ibu rumah tangga berputra tiga, mengaku cukup aktif untuk berselancar dan berbelanja online. Kiat untuk mencari barang secara online sebaiknya adalah barang-barang yang sudah jelas bentuknya, seperti alat elektronik, sehingga kita sebagai pembeli tidak seperti membeli kucing dalam karung. Sarannya, sebaiknya tidak membeli baju, sepatu, atau tas, yang keadaan fisiknya bisa saja berbeda dengan gambar yang terlihat di situs jual beli. Atau, bila naksir dengan fashion item, pilih dari merek yang sudah mapan dan terpercaya kualitasnya.
Melanjutkan obrolan, acara belanja terkadang dihadapkan ke dalam situasi sulit di saat harus memilih antara suka dengan model, warna favorit, atau item yang belum dimiliki. Lalu, apakah semua perempuan senang berbelanja secara impulsif? Kelima perempuan ini menolak untuk mengikuti hawa nafsu dan mengaku hanya akan membawa pulang satu item. Khusus untuk Anty, akan memilih warna yang belum ia punya, sementara untuk keempat temannya yang lain lebih condong memperhatikan model yang disukai. “Menikah dan punya anak bikin kita lebih logis untuk habisin uang,” ungkap Ami.
Wah, senang sekali bisa bertukar pikiran dengan lima perempuan cerdas tersebut. Jadi, kalau kamu juga ingin menjadi bagian dari kelompok diskusi kami, ayo segera daftarkan geng atau kelompok kamu ke: nuniek@fimela.com.