Perempuan, Keluarga dan Anak di Mata Sigi Wimala

Fimela diperbarui 31 Jan 2011, 14:07 WIB


Kalau ditanya pengen Maxine - anak perempuannya yang belum genap setahun - jadi apa nantinya, Sigi mengakui kalau dia nggak mengatur anaknya harus ngapain atau jadi apa. Yang penting buat dia adalah mencukupi kebutuhan Max dan memastikan agar anaknya sehat dan dekat dengan keluarga.

Sigi berharap nggak jadi orangtua yang terlalu mengatur atau terlalu keras mendidik anak. Karena dia merasa dulu waktu kecil ibunya seperti itu. Waktu SMP jam 5 sore udah harus di rumah. Waktu mulai pacaran jaman SMA, jam 5 sore tetap harus di rumah dan cuma boleh keluar sama pacar 2 bulan sekali. Otomatis banyak waktu yang dihabiskan bersama keluarga.

Lucunya, sekarang Sigi merasa kalau itu adalah hal yang bagus, karena dia jadi super dekat dengan keluarganya. Tapi Sigi justru merasa dirinya adalah perempuan yang mandiri berkat didikan sang ibu. Ibunya nggak bosan-bosan dari kecil mengingatkan kalau perempuan harus mandiri, bisa cari uang sendiri, jadi kalau ada apa-apa dengan suami, kita nggak berada di posisi yang lemah. Sebaik-baiknya lelaki, mereka bisa saja ninggalin perempuan dan menjadikan perempuan korban.

Sigi merasa beruntung sebab Timo, sang suami, nggak masalah kalau dia bekerja. Karena Timo mengerti kalau Sigi nggak kerja, dia malah sering uring-uringan dan jadi paranoid. Saat hamil kemarin, dan sempat nggak kerja, ketika harus minta uang untuk membeli sesuatu, Sigi malah merasa nggak enak, dan mencari alasan biar nggak harus minta. Tapi akhirnya dia merasa harus menghilangkan perasaan tersebut, karena nggak sehat bagi hubungannya dan suami.

Pendapat Sigi soal perempuan, harus bisa beradaptasi dalam segala hal. Jadi perempuan harus pintar. Harus bisa menjaga diri sendiri. Perempuan boleh ambisius dalam hal karir tapi kalau di dalam rumah (keluarga) harus bisa menempatkan diri sebagai istri. Musti tetap menghormati suami. And treat ourselves with respect. Jangan sampai merugikan atau mengabaikan diri sendiri. We know we can do more.

Perempuan gampang banget jadi korban, misalnya KDRT. Makanya her next movie, temanya adalah KDRT. What will you do kalau tetangga jadi korban? Budaya Timur membuat kita merasa nggak enak kalau mencampuri urusan orang lain. Tapi sebagai perempuan? Masa kita nggak mau saling membantu?