Next
Waktu kecil Melissa menderita asma yang cukup berat, dan untuk seorang anak, keterbatasan nggak boleh capek dan main itu rasanya sangat menderita. Waktu SD nggak ada yang mau berteman dengannya, karena semua anak sibuk main basket, lari-larian, sementara Melissa cuma boleh duduk dan menonton. Menggambar menjadi hobinya dan menjadi terapi tersendiri karena begitu dia konsentrasi menggambar perhatiannya fokus pada objek dan jadi lupa dengan asma yang sedang kambuh. Hal ini terus terjadi dan akhirnya sembuh dari asma bukan karena obat. Fokus, konsentrasi dan kekuatan pikiran yang menghilangkan asma, bahkan sampai hari ini penyakit tersebut nggak pernah muncul lagi.
What's On Fimela
powered by
Next
Menggambar sudah menjadi bagian hidup Melissa dan salah satunya dengan mengambil kuliah jurusan desain. Buat dia - sebagai pecinta traveling - sketching itu seperti traveling tanpa harus traveling.
“Saya bisa membangun dunia saya sendiri dengan sketching.”
Nggak punya objek favorit tapi ada dua subjek yang selalu menjadi inspirasi dalam membuat gambar. Pertama traveling. Melissa sangat terobsesi dengan traveling. Kehidupan yang berbeda, orang-orang berbeda, aneka ragam budaya, tempat baru bisa jadi sumber inspirasi yang sangat menakjubkan. Apalagi sekarang banyak banget buku travel dan internet. Nggak harus datang langsung untuk menikmati dan mempelajari tempat baru. Kedua, any old vintagey things. Seperti poster, atau buku. Inspirasi bisa didapat dari mana saja.
Next
Melissa sangat suka menggambar segala bentuk yang hidup dan kalau bisa sampai detil, dia merasa dirinya bagaikan mesin fotokopi alam. “And for me it's like a therapy,” katanya.
Mengaku tergila-gila dengan typography sampai hafal segala jenis fonts yang dipakai untuk sign board di Amerika, London dan Paris. Juga penggila ukiran serta tekstur.
“Intinya, I’m addicted to details.”
Buku desain nggak terlalu menarik perhatiannya. Karena bisa dibilang itu hanya seperti baju, tampilan luar. Dan Melissa nggak mendapatkan sesuatu yang baru dari situ. Tapi kalau beli dan baca buku karya Homer, Virginia Woolf, Kisah Seribu Satu Malam, malah mendapatkan banyak banget inspirasi.
Dulu saat masih sekolah ada seorang guru yang ahli mitologi Yunani. Melissa sering bertemu guru tersebut dan baca buku mitologi serta menulis puisi, cerita. Dan rasanya seperti jalan-jalan, traveling.
Next
Tulisan merupakan ‘bayi’ Melissa selain Miya dan Chloe (kedua anak Melissa). Dia ingin membuat tulisan menjadi sebuat medium dimana semua perempuan kreatif bisa berkreasi disitu, dan membuat cerita mereka sendiri. That’s why dinamakan Tulisan. Setiap seri produk Tulisan pasti ada cerita kecilnya.
Saat membuat satu seri Tulisan, yang melambangkan kekuatan, Melissa membayangkan orang yang akan membeli produk tersebut. Seorang perempuan yang kuat dan tahu apa yang diinginkan. Waktu pameran, kebetulan Melissa masih turun tangan mengurusi penjualan Tulisan, yang muncul dan membeli produk tersebut adalah perempuan-perempuan yang kuat, salah satunya malah seorang lawyer.
Menurutnya, kita pasti bisa melakukan apapun asal niat, yakin dan kerja keras. Kadang juga dibutuhkan nyali yang besar. Melissa bukan seorang yang ambisius, tapi nggak takut dengan tantangan apapun. Buat dia, tantangan itu menjadi ukuran, sejauh mana dia bisa melakukan dan mengatasi sesuatu.
Waktu mau kuliah di Inggris, dalam perjalanan Melissa mampir ke Swiss karena mendengar ada satu Art Center (sekolah desain) yang bagus. Memutuskan untuk mencoba mendaftar dan menunjukkan portfolio-nya ke sekolah tersebut. Dan diterima tapi disuruh menunggu tiga bulan. Melissa ngotot dan memaksa untuk masuk langsung, dengan alasan dia sudah di terima di London. Akhirnya sekolah mengizinkan dengan syarat masuk ke program persiapan dulu. Melissa menolak untuk ikut dan sekali lagi memaksa dan meyakinkan kalau dia bisa tanpa harus ikut program. Dan sekali lagi pihak sekolah mengizinkan. Teman-teman sekelas yang kebanyakan orang Jerman nggak suka dengan Melissa karena bisa langsung masuk. Tapi dengan kerja keras, Melisssa menunjukkan ke semua kalau dia bisa dan di semester satu IP-nya 4,0.
Sebenarnya alasan Melissa menolak untuk ikut program adalah alasan keuangan. Tapi karena yakin bisa dan kerja keras, semuanya bisa diatasi. Menurut Melissa semuanya kembali ke kekuatan pikiran. Niat saat memulai dan menjalani sesuatu.
Next
Melissa ingin lebih banyak keliling Indonesia. Sementara baru Maumere, Labuan Bajo, Gili, Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Selain Indonesia, dia lebih banyak ke negara Eropa, apalagi dulu sempat sekolah di Swiss. Italia, Swiss, Inggris, Jepang, dan sempat tinggal di Amerika cukup lama.
Masih banyak tempat di dunia yang ingin dia lihat dan nikmati. Kalau proyek Amma Supahilo (pameran hasil karyanya) sukses, sebagian keuntungan akan disumbangkan ke korban bencana alam di Indonesia dan kalau ada sisa pengen banget ke Barcelona.
Check out www.mytulisan.com for more)