What's On Fimela
powered by
Awalnya untuk mengobati, kini jadi cara cantikBotox atau Botulinum Toxin sebenarnya adalah bentuk protein yang dikembangkan dari bakteri Clostridium botulinum. Pada awalnya, Botox adalah bentuk pengobatan untuk kelainan syaraf seperti mata yang nggak bisa terbuka setelah stroke atau Strabismus (mata juling). Baru di awal tahun 2000-an, praktek ini dikembangkan ke ranah kecantikan estetika untuk menghilangkan kerutan. Botox untuk estetika disuntikkan di otot dinamis yang sering digerakkan ketika kita berekspresi. Semakin sering digerakkan, otot akan sering berkontraksi dan berefek timbulnya kerutan. Nah, di sinilah gunanya Botox, karena mampu menenangkan otot dinamis pada wajah yang berkontraksi dan kerutan pun hilang serta wajah terlihat lebih halus.
How much is too much Botox? Suntik Botox sudah jelas bukan perawatan kecantikan yang bersifat permanen, makanya harus diulang setiap 4,6, atau 8 bulan sekali. Namun, di beberapa kasus pernah ditemui imunitas terhadap Botox karena terlalu sering dilakukan, padahal Botox belum habis benar jangka waktunya. Untuk menyiasati ini, makanya Botox cukup dilakukan seperlunya. Artinya, jika di area yang diinginkan memang sudah mulai terlihat kembali kerutannya, maka Botox boleh diulang. Bila pasien mengalami imunitas terhadap Botox, biasanya disiasati dengan perubahan merk vial (ampul) Botox yang sebenarnya beragam.
Dari kapan boleh melakukan Botox? Tak bisa dipungkiri, penuaan dini memang terjadi dan bisa saja datang lebih awal untuk beberapa orang. Itu sebabnya, Botox tak memiliki batas umur seberapa dini untuk dilakukan. Namun, bukan berarti Botox bisa dilakukan sembarangan, karena dokter yang akan menangani pasien dengan permintaan Botox, pasti juga akan dengan bijak dan obyektif memeriksa dan menyarankan apa Botox itu sudah/belum diperlukan. Apakah benar otot dinamis di wajah pasien tersebut sudah perlu untuk disuntik Botox. Untuk masa sekarang, memang nggak perlu kaget kalau perempuan di awal usia 20 tahunan sudah melakukan Botox untuk mengatasi kerutan. Lain masalahnya jika Botox dilakukan untuk kasus hyperhidrosis atau keringat berlebih. Botox boleh saja dijalankan walaupun pasiennya masih anak-anak atau belia, karena itu kaitannya dengan kelainan dan menggangu kenyamanan, bukan estetika.
Botox = lunch time procedure Memang benar kalau Botox kini menjadi beauty tretment yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit dan pasien bisa langsung kembali bekerja seperti biasa setelah Botox. Hanya saja, perlu diperhatikan beberapa hal yang jangan dilakukan dulu setelah Botox. Seperti, pasien dilarang untuk berbaring telentang selama 4 jam pertama setelah Botox. Karena, cairan Botox ditakutkan menjalar ke area lain dan malah membuatnya tak simetris. Titik suntikan sebaiknya juga jangan banyak dipijat atau ditekan-tekan, seperti ketika mencuci muka atau berwudhu. Hingga saat ini, area wajah yang favorit untuk mendapatkan suntikan Botox adalah di sekitar crows (area di antara kedua alis), dahi, dan sekitar mata. Yang teranyar adalah permintaan meniruskan wajah dimana Botox disuntikkan di titik otot masseter atau otot mengunyah dan akan membuat tampilan wajah mengecil.
Botox, tak selalu buat wajah kaku Anggapan banyak orang mengatakan bahwa injeksi Botox membuat wajah kaku. Padahal, perlu diketahui bahwa tidak selalu akan seperti itu jadinya. Kakunya wajah pascaBotox seringnya karena jumlah penyuntikan dan dosisnya. Makanya, diperlukan komunikasi yang baik, spesifik, dan jelas antara dokter dan pasien sebelum melakukan Botox agar tidak berlebihan. Selain itu, jam terbang dokter spesialis yang melakukan praktek Botox juga menentukan. Semakin ahli dokternya, maka ia akan semakin menguasai teknik penyuntikan yang nggak akan membuat wajah kaku dan lebam. Lagipula, pasien juga disarankan untuk rutin menggerakkan area wajah yang disuntik Botox agar lentur dan nggak kaku. Sehingga, hasil Botox akan terlihat alami, bukan membuat wajah jadi aneh apalagi kaku nggak bisa digerakkan.