What's On Fimela
powered by
Lisa Soemarto Banyak berkutat dengan angka-angka dan proposal keuangan, tak membuat Lisa Soemarto asing dengan sisi femininnya. Perempuan ini justru jauh dari kesan kuno dan kaku ketika memasuki ranah tata rias. Ia mengaku kalau makeup adalah kekuatannya untuk bekerja hingga malam hari sekalipun. “Saya jarang nyalon dan hampir selalu dandan sendiri. Ketika tahu bahwa akan menjalani hari yang panjang dengan deretan acara hingga malam hari, saya menyiapkan diri dengan persenjataan makeup yang memang sudah lengkap. Cuma saya yang tahu wajah saya, makanya untuk dari awal hingga jadi full make up, saya yang mengerjakannya. Bila akan touch up, tak apa kalau dilakukan oleh makeup artist dari salon,” ceritanya. Dirinya yang teliti soal keuangan, bahkan mengatakan kalau brand yang bagus dan berharga mahal, adalah sebuah investasi yang berharga. Jadi, apa saja yang ada di dalam beauty case-nya?
Menyukai riasan yang alami namun tetap fokus di bagian matanya yang tajam, Lisa selalu mengandalkan eyeshadow cokelat untuk fokus makeup. Menghadiri acara di malam hari pun, Lisa tetap setiap pada warna ini, hanya saja menggunakan pewarna mata dari Make Up Forever yang pigmentasi warnanya lebih terang dan membuat mata lebih pop up. Sementara, untuk contouring dan blush, Lisa menyukai yang bernuansa semburat alias tak terlalu tebal, karena ia tak ingin tenggelam dalam riasan berat. Itu juga yang jadi alasannya kenapa hanya menggunakan eyeliner di bagian lipatan mata atas, bukan keduanya. Untuk pemilihan warna lipstik, Lisa memiliki lima warna yang bernuansa nude, orange, dan pink. Sementara perihal pemilihan brand, Lisa bukan tipe adventurous, karena sudah bertahun-tahun memercayakan riasnya pada Chanel, YSL, dan beberapa saat belakang ini mencoba Make Up Forever. (Fotografi: Windy Sucipto)
Vera Makki Ia adalah ahlinya berhubungan dengan public relations, tapi mengaku bukan spesialis di bidang makeup. Walau begitu, Vera Makki bukan seseorang yang mudah didikte tentang apa yang cantik dan tidak. “Menyangkut dandan, saya tegas. Karena saya tahu apa yang bagus untuk wajah saya dan apa yang saya inginkan dari berdandan, maka saya menggunakan makeup berdasarkan itu, bukan dari saran atau tuntunan orang lain,” katanya. Serupa dengan Lisa, Vera menyukai riasan yang alami, namun segar. Tempat ternyaman dan paling sering untuknya berdandan adalah di mobil, karena aktivitasnya sudah dimulai sejak sangat pagi. “Biasanya, saya mengaplikasikan dulu sun block ketika keluar rumah dan mengantar anak saya sekolah, setelah itu baru mengeluarkan peralatan makeup lengkap sambil beranjak menuju kantor,” tuturnya sambil tersenyum manis.
Bagi perempuan yang murah senyum ini, blush on adalah yang terpenting. Ia tersenyum bukan hanya dari bibir, tapi juga harus didukung oleh rona mukanya. “Jadi, blush on adalah item makeup yang nggak boleh terlewat, karena wajah berseri adalah ukuran kecantikan menurut saya. I feel very good when I see my own face fresh. Hal kedua yang terpenting adalah alis sebagai pembingkai wajah.” Untuk kisaran warna, Vera tak bisa terlalu jauh dari pastel, karena menyukai sentuhan lembut di wajahnya yang putih. “Saya juga memang paranoid dengan riasan berat, karena takut wajah saya berubah. Makanya, saya selalu deg-degan dan wanta-wanti ketika akan dirias oleh orang lain, karena takut wajah jadi berbeda. Yang juga sama dengan Lisa adalah makeup jadi suntikan semangat untuk Vera. “Ketika saya menghadapi pekerjaan yang terhitung berat, saya biasanya mengaplikasikan lipstik warna merah solid. Biasanya setelah itu, saya jadi semangat kembali untuk menyelesaikan pekerjaan tricky tersebut. Makanya, kalau orang yang memperhatikan saya, pasti tahu kalau ketika saya berbibir merah, tandanya sedang menghadapi ekerjaan berat dan sedang berusaha untuk menyelesaikannya,” ceritanya sambil tertawa.
Diana Safira Bagi kamu yang aktif di Instagram dan menyenangi fashion, pasti tak asing dengan perempuan ini. Menggunakan nama akun Dssaksss, yang kemudian juga menjadi nama untuk fashion blog-nya, Dian adalah selebriti di media sosial tersebut. Ketajaman selera fashion blogger satu ini tak perlu diragukan lagi, karena ia mampu menjadikan item yang untuk sebagian orang biasa, menjadi luar biasa. Contohnya, adalah kreasinya dengan Abaya, yang terlihat jadi sophisticated dan elegan karena dipadukan dengan sky crapper heels beserta tas koleksinya. Berbicara tentang makeup, Dian ternyata juga penggemar berat bidang ini. “Malah, dari kecil saya suka berdandan. Cuma, suka bukan berarti berlebeihan, karena saya tetap hanya menyenangi riasan yang alami. Pakai bulu mata palsu pun bukan kebiasaan sehari-hari, hanya kalau sedang mood atau akan menghadiri acara,” ceritanya panjang.
Menilik ke dalam beauty case Dian, terbukti benar kalau ia memang orang simple untuk urusan dandan. “Saya nggak pakai bedak untuk sehari-hari, hanya menggunakan BB cream, lalu dilanjutkan dengan blush on, dan eye shadow cokelat yang dipulaskan tipis-tipis. Pokoknya jangan sampai terlihat berat dan berlebihan,” ujarnya tegas. Untuk brand, Dian menyenangi Chanel dan Urban Decay pada eye shadow dan Dolce & Gabbana untuk blush on. “Pigmentasi warnanya bagus, melekat di kulit saya juga cocok, makanya saya sudah tahunan menggunakan brand tersebut.” Sementara, merk baru yang baru ia coba dan langsung suka adalah Khroma Beauty dari beauty line Kardashian. “Saya membelinya sekitar akhir tahun lalu dan ternyata memang bagus di wajah saya. Jadilah merk ini item favorit saya berikutnya,” celetuknya. Soal warna, Dian pun tak berbeda dengan dua perempuan lain yang berbeda profesi dengannya, yaitu memiliki variasi lisptik untuk keanekaragaman mood. “Menggunakan warna merah untuk acara di malam hari, bila ingin lebih segar pakai yang bernuansa orange, dan dasarnya menyukai yang natural dengan warna nude. Pokoknya harus tetap simple dan natural, jangan sampai berlebihan,” prinsipnya. (Fotografi: Dokumentasi pribadi Diana Safira)
Bisa disimpulkan dari ketiga perempuan berbeda profesi ini, bahwa makeup alami adalah yang terfavorit. Artinya, mengaplikasikan makeup boleh saja, namun bukan berarti menghilangkan karakteristik wajah yang jadi khas personal. Makeup untuk mempercantik wajah, bukan untuk mengubah kepribadian. Setuju, Fimelova?