What's On Fimela
powered by
Rihanna ditahbiskan menjadi the new Princess Diana versi The Sunday Times edisi Minggu (17/2/2013) kemarin. Berada di halaman paling depan dengan desain grafis dimana mukanya terbelah dua dengan kepala milik mendiang Diana, Rihanna seakan resmi menjadi “reinkarnasi” Diana di abad 21 ini. “Gelar” tersebut disematkan oleh Camille Paglia, penulis sekaligus kritikus sosial beraliran feminis asal Amerika Serikat yang sebelumnya merayakan budaya pop yang diusung oleh Madonna. Paglia, tanpa basa-basi mengatakan bahwa ketenaran Rihanna yang membuatnya menjadi target utama dan paling dicari oleh paparazzi, bisa disamaratakan dengan yang dulu dihadapi Diana saat memasuki lingkaran kerajaan Inggris. (Courtesy of The Sunday Times)
Bagaimana bisa Paglia mensejajarkan Rihanna dan Diana? Menurut penulis berlidah tajam ini, kedua profil tersebut berasal dari sikap malu-malu mereka menghadapi sorotan kamera. Diana yang awalnya seorang guru taman kanak-kanak, dan Rihanna seorang gadis muda biasa asal Barbados, menghadapi kerasnya media massa yang menginvasi habis-habisan kehidupan pribadi mereka, hingga membuat mereka tak lagi malu untuk berhadapan langsung dengan kamera. Di kasus Rihanna, ia memang benar adalah good girl gone bad. Terlihat manis di penampilan pertamanya saat mempopulerkan “Pon de Replay”, ia memperlihatkan sifat aslinya yang sangat pemberontak sejak album keduanya hingga sekarang. Lihat saja, sudah tak terhitung berapa kali Rihanna memuaskan ambisinya sebagai seorang eksibisionis dengan berpose topless bahkan telanjang di depan publik.
Persamaan Diana dan Rihanna di mata Paglia juga dilihat berdasarkan kelihaian mereka untuk menampilkan diri di mata publik melalui foto-foto tangkapan paparazzi, untuk menjadi media mereka bercerita tentang hubungan asmara. Diana sudah luas diketahui bahwa terkungkung dalam pernikahan tak bahagia dengan Charles dan menjalani sederet skandal asmara dengan laki-laki yang membuat foto dan namanya terpampang di banyak media massa dan mencoreng muka suaminya. Sama halnya dengan Rihanna, yang memanfaatkan jasa paparazzi yang menguntitnya kemana pun untuk menyampaikan pesan kepada Chris Brwon, laki-laki yang dicintai sekaligus dibencinya, bahwa ia terlalu menarik, terlalu menggoda, sekaligus terlalu berani untuk ditinggalkan atau diacuhkan oleh Brown. Paglia melihat baik Diana maupun Rihanna, memanfaatkan ketertarikan publik tentang mereka untuk memperlihatkan bahwa persoalan cinta menjadikan mereka manusia biasa yang bisa tersakiti perihal masalah percintaan, namun juga sekaligus berkuasa, karena mereka yang “memainkan” alur permainannya.
Rihanna yang menjadi subyek pembicaraan, langsung bereaksi begitu mengetahui dirinya disejajarkan dengan figur seterkenal Diana. “Tak pernah menyangka kalau saya akan dikenal oleh begitu banyak orang, kini bahkan bersebelahan dengan Putri Diana di halaman depan sebuah koran! Hidup memang bisa sangat indah ketika kamu membiarkannya begitu saja,” tulisnya dengan nada sedikit sinis dan hashtag “yourejealous” untuk “menyentil para hater-nya. Memberdayakan akun Instagram-nya, ia memperlihatkan bahwa pengalamannya bergelut di dunia showbiz selama kurang lebih tujuh terakhir ini, membuatnya makin bijak dan awas dengan pilihan kata-kata ketika bersuara di forum publik. Tanpa nada marah apalagi balas menuntut, Rihanna seakan bersyukur kalau kerja kerasnya selama ini berbuah kesuksesan yang positif, tak negatif, apalagi dianggap kutukan, seperti Paglia gambarkan dalam tulisannya. Good job, Riri!