Panjang Mulud: Pesta Makanan di Kota Serang

Fimela Editor diperbarui 12 Feb 2013, 10:00 WIB
Layaknya Abang None milik DKI Jakarta, Serang juga mempunyai wakil daerahnya sendiri. Nong dan Kang yang dinobatkan pada Oktober 2012 lalu, turut serta meramaikan perayaan ini. Menurut mereka, perayaan inilah yang telah ditunggu-tunggu sejak kemarin oleh masyarakat setempat. “Bukan hanya dari isi acara, tapi adanya kebersamaan juga sangat dinanti,” jelas Bintang Shaum Akbar (17), wakil Kang kota Serang. 
Istilah Panjang Mulud sendiri lahir dari kata ‘Panjang’, yang berarti tempat menaruh makanan. Uniknya, perayaan ini juga menjadi ajang unjuk kreativitas bagi masyarakat. Berbagai bentuk replika kendaraan, masjid, hingga binatang, menjadi tempat menaruh makanan-makanan tersebut. Hiasan ornamen seperti kertas warna-warni sampai dengan uang tunai, turut menghiasi replika buatan masyarakat setempat.
Dengan menggunakan ide parade, semua peserta yang tahun ini berjumlah 70 anggota, beramai-ramai ‘memamerkan’ replika mereka yang telah berisikan segala jenis makanan. ‘Panjang’ ini kemudian diarak keliling kota Serang dengan diiringi musik tradisional. Jalur yang telah disiapkan oleh pengurus berujung di Masjid Agung Serang, dimana Wali Kota Serang, Tubagus Haerul Jaman, telah menanti di sebuah tenda untuk menyambut para peserta.
Antusiasi masyarakat ternyata tidak berhenti disitu saja. Adanya kehadiran Wali Kota Serang, turut menambah daftar orang yang menyaksikan antusiasme para masyarakat. Ketika para peserta melewati barisan masyarakat tersebut, mendadak semua berebut makanan yang telah ditata rapi oleh peserta. Seakan tak pandang bulu, replika para peserta habis dilahap mereka.
Seperti belum puas dengan suasana ramai perayaan tersebut, meriahnya tradisi ini disertai dengan pemasangan petasan. Kalau biasanya kamu menyaksikan petasan yang diletakkan dari jarak jauh, kota Serang melakukan cara sebaliknya. Seseorang yang telah handal dalam melakukan hal tersebut, memegang sejumlah petasan korek dengan tangannya dan kemudian menyalakannya. Atraksi ini menambah kekaguman maupun keunikan budaya Serang.
Parade ini meninggalkan ‘bekas’ kepada setiap orang yang ikut menyaksikan perayaan Maulid Nabi khas Serang tersebut. “Senang karena dapat banyak. Tiap tahun ada dan pasti saya ikutan,” jelas Taufik, salah satu masyarakat yang ditemui di sana. “Dapet telor buat di rumah,” sahut Ade, yang dengan bangga menunjukkan karung hasil ‘jarahannya’. Tradisi Panjang Mulud yang sudah turun-temurun ini, merupakan wujud nyata akan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia.