Selanjutnya, perempuan dengan risiko kanker payudara lebih tinggi adalah mereka yang hamil dan menyususi. “Saat hamil dan menyusui, hormon perempuan sangat fluktuatif. Dan kanker payudara terjadi karena peran aktif hormon perempuan,” ujar Prof. Soehartati Gondhowiardjo, M. D., Ph. D. (onkolog).
Perempuan yang terkena paparan hormonal dalam waktu lama, misalnya saja perempuan yang harus mendapatkan subtitusi hormonal karena suatu sebab. “Perempuan yang harus mendapatkan subtitusi hormonal harus memastikan bahwa mereka yang memberikan hormon haruslah mereka yang sudah ahli agar hormon yang diberikan adalah hormon yang tidak menyebabkan timbulnya kanker payudara,” Prof. Soehartati Gondhowiardjo, M. D., Ph. D. (onkolog) menjelaskan.
“Kanker adalah penyakit yang akan berakar pada gaya hidup. Jadi, perempuan dengan gaya hidup tidak sehat berpeluang cukup tinggi untuk terjangkit penyakit kanker payudara. Dan, tanpa adanya riwayat keluarga pun mereka yang sangat erat dengan gaya hidup tidak sehat sangat berisiko terjangkit kanker payudara. Bicara masalah gaya hidup sehat bukan melulu masalah makanan, tapi juga menyangkut pola istirahat dan juga tingkat stres,” Prof. Soehartati memperingatkan.
Menurut Prof. Soehartati, orang yang paling tinggi risikonya untuk terjangkit kanker payudara adalah perempuan yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga. “Perempuan dengan riwayat keluarga kanker payudara memiliki risiko 8 kali lebih tinggi terjangkit payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki riwayat kanker dalam keluarga. Tapi, bukan tidak mungkin jika mereka menjalani gaya hidup sehat maka mereka bisa terhindar dari ancaman kanker payudara,” ujar Prof. Soehartati.
Sekitar 12% lebih dari total kematian yang terjadi di dunia disebabkan karena kanker, jumlah ini lebih besar dari jumlah kematian yang disebabkan oleh AIDS ataupun malaria. Dan pada umumnya kanker terjadi di negara berkembang.