Karena menjelajahi Petak Sembilan lebih seru dan mudah dengan berjalan kaki, Alderina memilih Trans Jakarta untuk sampai ke Kota. Pilih Trans Jakarta yang menuju Kota dan kamu bisa turun di halte Glodok. Kenapa lebih enak naik kendaraan umum? Jalan-jalan yang sempit dan penuh di daerah sekitar Petak Sembilan nggak memungkinkan untuk tempat parkir mobilmu.
Turun dari Glodok, yang pertama bisa kamu tuju adalah Jalan Keadilan. Di sepanjang jalan kecil ini sudah terasa sekali “aroma” Pecinan-nya. Ini bisa dilihat dari pintu-pintu kayu yang masih banyak dipakai di rumah maupun ruko-ruko.
Kamu juga akan menemui pasar basah yang menjual bahan kebutuhan sehari-hari yang masih segar di dekat Klenteng Jin de Yuan. Orang-orang Tionghoa memang terkenal hanya membeli bahan makanan yang masih segar, karena itulah semua tersedia di pasar ini. Uniknya, daun bambu juga dijual di pasar, biasanya untuk membungkus bacang.
Puas berkeliling di sekitar Klenteng Jin de Yuan, kamu bisa membeli bakpao dan minum es liang teh yang segar.
Berlanjut ke pusat jajanan Petak Sembilan, kamu juga akan menemukan banyak gang yang gapuranya dihiasi simbol-simbol dan tulisan China.
Ada juga Vihara Dharma Jaya Toasebio yang merupakan klenteng jodoh. Biasanya, klenteng ini ramai pada hari Minggu atau saat ada perayaan khusus, seperti Imlek dan ulang tahun Dewa Kwan Kung.
Kalau yang satu ini Toko Tian Liong, salah satu toko di Petak Sembilan, yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan doa, sabun, minyak wangi, sampai alat dapur. Berdiri sejak tahun 1933.
Gereja Santa Maria de Fatima yang masih menjadi bagian dari Petak Sembilan ini pun memiliki arsitektur khas, menyatu dengan nuansa lingkungan sekitarnya yang didominasi warna merah dan emas.
Kurang puas kalau cuma lihat fotonya? Atau mau lebih mengenal daerah Petak Sembilan? Kalau begitu, jalan-jalan santai menyusuri gang-gang kecil sambil belajar sejarah dan budaya di Petak Sembilan bisa kamu masukkan ke salah satu tempat tujuan untuk habiskan akhir pekan, kan?