“Batik is the process, tidak akan pernah berubah. Namun inovasi harus terus berjalan dengan seiringnya waktu” Selama masih bermain dengan canting dan malam proses membatik itu tidak bisa diubah lagi. Menurut dia sudah tidak ada lagi batasan dalam proses membatik karena tergantung siapa yang mengolahnya. Entah itu hanya sekedar menggambar sepatu, mengawinkan dengan tradisi negara lain semua itu sah-sah saja. “Dries Van Noten terinspirasi dari Batik motif parang, meskipun itu hanya cetakan tapi itu membuat tampilan Batik jadi berbeda kan?” Di belakang butiknya yang terletak di Jalan Wijaya masih ada beberapa ibu-ibu berbekal canting dan malam melukis Batik pesanan. Dia sengaja membiarkan mereka menggambar bebas dan justru elemen tidak sempurna itu yang menggambarkan hasil hand made yang sudah jarang ditemukan pada kain Batik.
“That’s art, you can’t tell me when to start or to stop” Label Carmanita sendiri sudah melanglang dunia. Sebut saja departemen store Harrods, pameran di beberapa negara di Eropa, Amerika, Afrika hingga Jepang. “Saya bersyukur karena karya saya ternyata diterima oleh pasar internasional, meskipun kadang untuk dalam negri sendiri banyak dari mereka yang menganggap karya saya bukan Batik.”
"Dari membuat Batik di atas kain lycra, mobil Mercedes hingga ban mobil, Batik has no limit".Dalam rangka merayakan ulang tahun ke 40 Mercedes Benz di Indonesia, mereka menghadirkan mobil dengan motif Sekar Jagad dengan teknik air brush karya Carmanita. Lalu untuk GT Radial dia kembali diminta untuk mendesainkan ban mereka. Setelah riset dan di tes akhirnya terpilihlah motif Parang Lereng yang kemudian langsung dicetak dan di produksi di pasar internasional. Jadi jika kamu melihat tapak ban mobil motif parang, ini adalah hasil kreasi Carmanita.
”Jadi desainer engga perlu sekolah, tapi kamu harus punya selera yang baik. Taste is very important” Awalnya Carmanita yang berbekal lulusan ekonomi dari Amerika sangat bergantung kepada tukang patron. Sampai akhirnya dia mulai bermain kain di atas patung mannequin, dan gaya drapery-nya itu yang akhirnya menjadi ciri khas labelnya. “Kalau kamu tidak memiliki taste yang baik bagaimana bisa menciptakan tren sendiri?” tawa Carmanita sambil menikmati segelas es teh dengan campuran sirup vanilla ala Italiano.
“Saya gak percaya kain Batik itu sebenarnya berasal dari Indonesia, tapi memang dikembangkan di sini” Bukannya ia tidak bangga kalau UNESCO sudah menetapkan kain Batik sebagai warisan budaya Indonesia. Namun seorang Carmanita yang gemar membaca buku sejarah percaya bahwa teknik melukis di atas kain itu berawal dari daerah Gujarat bangsa India tua yang suka berlayar ke seluruh dunia. Ketika sedang berkeliling mereka membawa serta teknik ini, oleh karena itu Batik bisa ditemukan di Malaysia, Jepang hingga India dengan motif dan teknik yang bervariasi.
“Saya mempunyai hak mengkopi Batik karya Ibu Soed, and it’s impossible.” Kenapa? Jaman dulu mereka membatik dari dua sisi kain dengan desain motif yang sangat rapat. Faktor lain seperti campuran katun yang sudah tidak murni dan bahan pewarna membuat hampir tidak mungkin membuat ulang kain-kain Batik jaman dulu. Dia menambahkan kain Batik itu bagaikan buku sejarah, setiap helainya bercerita kehidupan, kultur, sejarah, ekonomi dan politik masyarakat pada era itu. Bahkan dia pernah menemukan kain Batik dengan gambar kartun Flash Gordon dari tahun 30an. Jadi ceritanya para sinyo Belanda itu membawa buku komik mereka ke Indonesia dan menyuruh pelayan mereka untuk menggambar itu di atas kain.
”Batik itu penggerak ekonomi rakyat” Cita-citanya adalah agar di 32 propinsi di Indonesia memiliki Batik sendiri. Jika 25 tahun yang lalu belum ada orang yang mengapresiasi kreasi dia yang menggunakan kain handmade, sekarang para pengerajin di daerah kecil sudah menjamur dan itu otomatis memperbaiki keadaan ekonomi rakyat.
“Baju itu akan membentuk karakter dan memberikan kepribadian kepada seseorang” Contoh seorang polisi yang sudah berganti baju akan kembali menjadi orang biasa. Seorang Carmanita yang tidak pernah berhenti berinovasi sangat senang memberikan elemen kejutan pada koleksinya. Salah satunya adalah teknik tabrak motif tie dye ala kaum hippie pada baju kebaya, dan dia sekarang sedang menjelajah fabrikasi dari India untuk koleksi depannya.
“You need to have the knowledge before you invent something”. Setiap pagi dia tidak pernah absen dari membaca koran dan dia tidak pernah lepas dari buku-buku baru. Selain fashion dia juga sangat suka membaca buku tentang sejarah, politik dan apapun yang menarik perhatiannya. Dengan membekali diri dengan pengetahuan dari situ biasa ide brilian akan muncul. Itu adalah rahasia sukses label Carmanita yang sudah berdiri selama 25 tahun.