Produksi “Sangkala 9/10” diproduseri oleh Maudy Koesnaedi, didukung Adjie N.A. dari PEQHO Teater sebagai sutradara, Mima Yusuf sebagai penulis naskah, Iyung Chairul sebagai penata artistik, Oleg Sanchabakhtiar sebagai konsultan artistik, Atien Kiesam sebagai koreografer, Imam Firmansyah sebagai penata musik, Irvan Natadiningrat (Irvnat) sebagai penata vokal, serta penampilan khusus oleh Bayang Pasir Orchestra yang menyajikan iringan musik khas Betawi selama keseluruhan pertunjukan. Bila biasanya menonton teater musikal diiringi musik orkestra, menonton “Sangkala 9/10” adalah pengalaman yang berbeda. Unik!
Walaupun mengusung cerita sejarah yang cukup memilukan, “Sangkala 9/10” dibalut dalam kemasan komedi yang menghibur. Tokoh utama Said diperankan oleh Ade Firman Hakim, Harapan 1 Abang Jakarta Barat 2008dan Ahmad Rifki Wakil 1 Abang Jakarta Utara 2003. Didukung pula oleh kepiawaian akting Indra Bekti, Tommy Tjokro, Zulfikar Naghi, Andrie Djarot, serta puluhan Abang None Jakarta lainnya.
Teuku Zacky berperan sebagai meneer Belanda yang curang dan ingin memecah perdamaian antara Betawi dan Tionghoa. Peran Zacky di “Sangkala 9/10” mengharuskan ayah satu anak ini menyanyi. Hasilnya? Not bad for a beginner.
Tampil pula Imam Wibowo,Iwet Ramadhan, Adela dan Aletta, Valerina Daniel, Ika Fiyonda Putri, serta Indira Soediro, dalam balutan riasan dan kostum sebagai karakter Tionghoa dan masyarakat Betawi. Semuanya didukung oleh Raden Sirait yang memegang peran sebagai desainer kostum.
Cerita “Sangkala 9/10” terpilih atas dasar kepekaan sosial para Abang dan None Jakarta terhadap kecenderungan generasi muda masa kini yang rentan terhadap provokasi dan dorongan untuk berkonflik, tanpa lebih dahulu menelaah fakta dan kebenaran. Peristiwa bersejarah 9 Oktober 1740 dipilih untuk merefleksikan keprihatinan ini.
Berbalas pantun yang menjadi tradisi keakraban di antara masyarakat Betawi, menjadi salah satu bentuk dialog tetap dalam pertunjukan teater berdurasi 2,5 jam ini. Pementasan “Sangkala 9/10” yang digelar pada tanggal 6-8 Mei 2011 lalu di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, ini, mendapat sambutan hangat dari warga Jakarta maupun pecinta seni. Untuk memenuhi target penonton sebanyak 5000 orang, IANTA melakukan roadshow, kegiatan promosi di sekitar Jakarta, showcase adegan di berbagai mall di Jakarta, serta mobilisasi melalui social media dua bulan sebelum pertunjukan.
Walaupun terkadang masih ditemui kekurangan dalam kekompakan koreografi atau olah vokal, tapi penampilan para alumni Abang None Jakarta dalam “Sangkala 9/10” patut diacungi jempol, karena mampu menyuguhkan sejarah bangsa melaui seni tari, musik, dan teater yang menghibur dan memberikan pesan positif bagi siapa pun yang menonton.Two thumbs up for “Sangkala 9/10”!