Pasangan kasmaran Ali Topan yang diperankan oleh Dendy dan Anna Karenina oleh Kikan Namara, cukup baik dibawakan oleh mereka. Namun, unsur “hanya akting” masih sedikit terasa di beberapa scene, seperti pada saat mereka bermesraan.
Kehadiran Boy (Putu Sutha) sebagai pria pengganggu hubungan Topan dan Anna, menjadi penambah greget dan bumbu cerita teater musikal ini. Karakter Boy yang snob dan bermuka dua, tampil total dibawakan oleh pria asal Bali ini. Penampilannya yang parlente dengan tabrakan motif kemeja dan celana cutbray-nya yang chic, menghibur mata.
Topan menjadi anak jalanan karena ia nggak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang setiap hari selalu bertemgkar. Sita Nursanti sebagai ibu Topan dan Ricky Jo sebagai sosok bapak, mampu saling mengimbangi ketika mereka berdebat sambil tetap bernyanyi. Sebagai informasi, Ricky Jo adalah cast ATTM yang paling terakhir bergabung, yaitu sekitar 3 minggu sebelum pementasan, namun ia bisa mengejar dengan pemain lainnya yang sudah berlatih sejak 6 bulan sebelumnya.
Trie Utami yang sudah jarang tampil di layar kaca, tampil memukau sebagai Mbok Yem, peran pembantu setia di keluarga Topan yang menjadi sosok pengganti ibu. Ii, panggilan wanita yang dulu dikenal sebagai juri ajang bakat dengan kalimat andalan “pitch control” tersebut, banyak berdendang dengan gaya macapatan Jawa.
Para penari di bawah suasana lampu temaram dan balutan kostum minim berwarna hitam, mewakili sosok anak jalanan yang bebas, liar, dan baru berkeliaran di malam hari. Set panggung yang dibuat seperti di dalam sebuah gedung tua penuh coretan cat semprot, semakin menguatkan jalan cerita.
Kehadiran Tike Priyatnakusuma sebagai Bibi Seksi, pemilik warung kopi langganan Topan dan teman-temannya, menjadi penyegar cerita di babak pertama. Penyiar radio ini juga kebagian porsi menyanyi dan menari yang dilakukannya dengan mulus, walaupun sempat harus melewati kondisi pita suara yang rusak saat masa latihan.
Kegundahan Anna sebagai anak dari keluarga yang sangat diktator, membuatnya menjadi seseorang yang kuat dan rebelious. Kekesalan dan kegundahan Anna ditumpahkan dalam bentuk dialog yang dilagukan atau yang juga disebut libreto.
Atmosfer Ali Topan kental dengan nuansa musik rock, namun pada beberapa adegan, seperti saat di pesta ulang tahun Anna yang bersuasana klasik khas kerajaan, Dian HP sebagai music director pementasan ini, menyesuaikannya dengan menciptakan musik pendukung beraliran klasik.
Ali Topan tanpa motor besar sangat nggak mungkin. Ari Tulang sebagai sutradara, berhasil mendatangkan motor khas Topan ke atas panggung Graha Bakti Budaya dengan bantuan efek proyektor untuk memberi suasana jalanan.
Hubungan Topan dan Anna harus mengalami masa pasang surut karena Topan merasa dunianya nggak mungkin bisa disatukan dengan kehidupan Anna. Apakah mereka benar-benar akan berpisah? Atau mereka tetap memperjuangkan cinta suci mereka? Temukan sendiri jawabannya dengan nggak melewatkan waktu pertunjukan Ali Topan The Musical.