Obrolan Malam: Untuk Apa Film Porno Sebenarnya Diciptakan?

Karla Farhana diperbarui 30 Apr 2018, 21:32 WIB

Fimela.com, Jakarta Film porno sudah lama menjamur di seluruh dunia. Pro dan kontra soal film porno ini cukup beragam. Sebagian orang menganggap film yang menampilkan orang bersenggama sebenarnya sehat-sehat saja untuk dikonsumsi. 

Asalkan dikonsumsi orang yang sudah menikah dan bukan dalam frekuensi yang berlebihan. Namun, pornogafi yang sudah ada sejak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun lalu ini kini sudah berubah menjadi industri yang mencari keuntungan. 

Dilansir dari the Huffington Post, pornografi dahulu sudah ada. Tapi bentuknya bukan film atau gambar bergerak. Dulu, orang menikmati pornografi lewat patung, lukisan, dan juga lukisan-lukisan di dalam gua. 

Kalau sekarang, pornografi sudah bisa diakses dengan lebih mudah. Gambar lebih jelas, meskipun kalau mau yang full harus bayar atau berlangganan. Meskipun di Indonesia situs porno sudah banyak yang di blokir, tapi manusia-manusia yang 'nggak bisa' hidup tanpa pornografi tetap saja mencari celah. 

Mulai dari ganti VPN, hingga membeli DVD langsung dari luar negeri. Entah bagaimana caranya bisa lolos dari bea cukai, pokoknya mereka punya banyak akal. 

 

 

2 dari 3 halaman

Pornografi sebagai Pengganti Prostitusi?

Sejumlah wanita pekerja seks menggenakan busana hitam dan topeng serta membawa payung merah berunjuk rasa di Skopje (17/12). Para pekerja seks ini memprotes kekerasan yang mereka alami, dan hukuman untuk klien prostitusi. (AFP Photo/Robert Atanasovski)

Dulu, bisnis prostitusi marak dan sangat-sangat laku keras. Bukan berarti saat itu nggak ada pornografi sehingga banyak brothel menjamur. Tapi, prostitusi saat itu dianggap menjadi salah satu cara yang paling utama untuk mendapatkan kepuasan dari hasrat seksual. 

Tapi pada akhirnya, prostitusi juga membawa banyak masalah. Mulai dari penyakit seks menular, hingga lahirnya banyak bayi, hingga membeludak. 

Karena itu, para perawat kesehatan profesional mulai menyarankan para pasiennya untuk mengganti hobi menggunakan jasa prostitusi dengan pornografi sebagai alternatif perilaku seksual manusia saat itu. 

3 dari 3 halaman

Kecanduan Pornografi

Pornografi

Sayangnya, frekuensi yang berlebihan saat mengonsumsi bisa menimbulkan dampak yang buruk. Salah satu adalah kecanduan pornografi. 

Meskipun bisa disembuhkan, namun fakta mengenai jumlah orang yang mengalami gangguan ini ternyata cukup bikin geleng-geleng kepala. Di Amerika Serikat saja, menurut data dari Feed the Right Wolf tahun 2011, ada 8,5% dari 60 juta penduduk yang kecanduan dengan pornografi. 

Jadi, apakah pornografi sehat untuk dikonsumsi atau tidak, sepertinya kamu mesti pikir-pikir lagi. Melihat risikonya, pornografi nggak lebih aman dari menggunakan 'jasa' di dunia prostitusi.