Fimela.com, Jakarta Usaha Darius Sinathrya dan semua yang terlibat dalam film Night Bus memang patut dipuji. Film Night Bus digarap berdasarkan cerpen karya Teuku Rifnu Wikara sekitar tahun 2010. Lalu pada tahun 2012 dibuat menjadi skenario film. Sebagai Produser, Darius Sinathrya butuh waktu 5 tahun untuk menayangkan film ini.
Secara komersil, film yang disutradarai Emil Heradi ini memang hanya sedikit mendulang penonton. Namun memang bukan itu tujuan utamanya. Night Bus diharapkan bisa dilihat banyak orang di berbagai negara sehingga bisa menjangkau penonton lebih luas. Misalnya saja diputar di berbagai festival film internasional.
What's On Fimela
powered by
"Dari awal kita membuat film ini, kita memang berharap Night Bus bisa tayang dan dilihat banyak orang di berbagai negara. Jadi jangkauannya bisa lebih luas lagi,” ucap Darius Sinathrya yang dihubungi Bintang.com melalui ponselnya, Jumat (27/4/2018).
Setelah berjaya di Festival Film Indonesia 2017 (FFI 2017) dengan meraih 6 piala, Night Bus siap berkelilng dunia. Langkah awal sudah dibuka lewat Far East Film Festival (FEFF) yang diadakan di Udine, Italia pada 20-28 April lalu. Night Bus menjadi film penutup atau Closing Film di hari Sabtu (28/4/2018) kemarin, sebelum pengumuman para pemenang.
Night Bus sebenarnya dua kali diputar di FEFF 2018. Yang pertama diputar pada 27 April kemarin di sesi Press Screening di Visionario, yang dihadiri sejumlah media dari beberapa negara. Lalu yang kedua di acara penutupan sekaligus pengumuman para pemenang 20th FEFF yang berlangsung di Teatro Nuovo.
Yang menarik, salah satu film yang diputar di hari pertama di ajang tersebut adalah dari Malaysia yaitu Crossroads: One Two Jaga. Ada dua artis Indonesia yang bermain di film tersebut yaitu Ario Bayu dan Asmara Abigail. Sementara itu, Night Bus juga sedang diusahakan untuk menembus sebuah festival film di Jepang.