Fimela.com, Jakarta Kabar meninggalnya Avicii memang mengejutkan banyak pihak. DJ asal Swedia ini ditemukan meninggal dunia pada 20 April 2018 di Muscat, Oman. Avicii menghebus nafas terakhirnya dalam usia 28 tahun.
Setelah sempat bungkam, pihak keluarga Avicii pun akhirnya buka suara. Sebagaimana diwartakan Rolling Stone, Avicii meninggal karena bunuh diri, bukan sakit pankreatitis yang seperti yang selama ini diberitakan.
Dalam rilisnya, pihak keluarga juga menyatakan Avicii saat ini sudah menemukan kedamaiannya. Disebutkan pula jika pelantun Wake Me Up itu harus berjuang terhadap jiwanya yang mengalami pergolakan sebelum meninggal dunia.
"Dia benar-benar berjuang dengan pemikiran tentang Makna, Hidup, dan Kebahagiaan. Dia tidak bisa berjuang lebih lama lagi. Dia ingin menemukan kedamaian," tulis keluarga.
"Tim (nama asli Avicii) yang kita cintai adalah seorang pencari, jiwa artistik yang rapuh yang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial," lanjutnya.
Keluarga tak menampik jika Avicii mengalami depresi selama hidupnya. "Seorang perfeksionis yang berprestasi yang berpetualang dan bekerja keras dengan kecepatan yang menyebabkan stres yang luar biasa," ujar keluarga.
Alasan Avicii berhenti tur
Beberapa bulan sebelum meninggal, Avicii memutuskan untuk berhenti sejenak dari rutinitas turnya. Bukan cuma karena masalah sakit yang dideritanya, keputusan Avicii untuk vakum juga didasari karena keinginan hatinya menemukan keseimbangan.
"Ketika dia berhenti melakukan tur, dia ingin menemukan keseimbangan dalam hidup untuk bahagia dan dapat melakukan apa yang paling dia sukai - musik," tutur pihak keluarga.
Avicii siapkan album
Tak hanya keluarga, sosok Avicii juga akan selalu dirindukan oleh para sahabat serta penggemarnya. Seolah menjadi pertanda, sebelum meninggal dunia, Avicii telah menyiapkan album perpisahannya yang disebut sang produser sebagai karya terbaik Avicii selama ini.