Fimela.com, Jakarta Puting beliung Jogya terjadi pada Selasa siang (24/4/2018) dan mengakibatkan 21 rumah terkena dampak dari bencana tersebut. Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan masa peralihan musim atau pancaroba di Jawa Tengah bagian selatan bakal terjadi antara April-Mei 2018.
Pada masa peralihan musim tersebut, BMKG memperingatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang, petir, atau bahkan puting beliung. Pada pancaroba, kerap terjadi fluktuasi cuaca lokal yang cukup esktrem, terutama di daerah yang berdekatan dengan pegunungan.
Pemanasan lokal menyebabkan turunnya tekanan udara dan memicu aliran udara kencang dari daerah-daerah sekitarnya. Awan hujan dalam konsentrasi tinggi pun terbentuk dan memicu hujan lebat skala lokal. Yang paling diwaspadai adalah munculnya awan kumulonimbus (cumulonimbus).
Awan kumulonimbus tersebut berpotensi memicu terjadinya hujan lebat disertai angin kencang, petir dan juga puting beliung. Awan ini biasanya muncul pada siang menjelang sore atau sore hari pada masa pancaroba.
Lalu apakah tanda-tanda kemunculan puting beliung? Lebih jelasnya kamu bisa melihatnya di bawah ini.
Tanda-tanda Munculnya Puting Beliung Bisa Dikenali Kasat Mata
Prakirakan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan menerangkan secara kasat mata, awan kumulonimbus didahului oleh matahari yang bersinar penuh, cuaca cerah atau cerah berawan dan suhu tinggi.
Saat peningkatan suhu itu lah, tekanan udara turun. Penguapan pun terjadi dengan cepat dan memicu kelembapan tinggi. Tubuh manusia dapat merasakan dampak penguapan yang tinggi yang berdampak pada gerah luar biasa. Embusan angin cenderung lemah.
Tanda-tanda munculnya puting beliung pun bisa dilihat dengan kasat mata. Biasanya, lepas siang atau sore hari, tiba-tiba muncul awan tebal berarak dan mendekat ke wilayah tersebut. “Karena pemanasan, biasanya terasa panas, gerah pada siang harinya. Biasanya langit masih clear, kemudian siang menjelang sore hari biasanya muncul awan tebal dan gelap, atau awan kumulonimbus,” dia menerangkan, Senin, 27 Maret 2018.
Awan kumulonimbus ini dapat memicu hujan disertai angin kencang, puting beliung, dan petir. Bahkan, dalam beberapa kasus, kumulonimbus memicu terjadinya hujan es.
Penulis: Muhamad Ridlo
Sumber: Liputan6.com