Fimela.com, Jakarta Hari Buku Sedunia yang dirayakan setiap 23 April sepertinya menjadi salah satu pengingat untuk seluruh umat manusia agar tak malas membaca buku. Nggak heran saat perayaan tersebut banyak orang yang langsung bertanya-tanya pada diri sendiri,”Hari ini sudah baca buku atau belum ya?” Membaca buku dan menulis buku sebenarnya sudah menjadi kebiasaan orang-orang sejak zaman dulu.
Kalau nggak percaya, maka kamu harus melihat buku harian berusia 200 tahun ini. Sebuah buku harian berusia lebih dari 200 tahun ditemukan di toko buku loak di Kota Hobart, Australia. Isi buku harian yang diyakini berasal dari masa perang Napoleon itu sungguh mengejutkan.
Buku harian itu ditulis oleh John Squire, seorang perwira tentara dan insinyur kerajaan Inggris yang melayani Duke of Wellington, antara tahun 1810 dan 1812, selama Perang Peninsula. Menurut pemilik toko buku bekas Cracked and Spineless, Richard Sprent, dia tidak tahu sama sekali mengenai keberadaan buku harian itu.
Dia baru sadar betapa berharganya buku itu setelah seorang pembeli melihat-lihat tumpukan buku bekas di lemari penyimpanan. “Buku jurnal itu benar-benar terkubur di salah satu sudut kecil dari toko saya yang sudah lama sekali tidak pernah kami hampiri,” tutur Sprent, dikutip Dream dari laman ABC Radio Australia, Rabu 4 Mei 2016.
“Ketika akhirnya memeriksa sudut itu, kami mendapati buku itu dan terkejut, 'Wow, buku ini menarik sekali,” tambah Sprent. Dia dan pembeli itu kemudian melihat dan melakukan penelitian kecil terhadap buku tersebut. “Dan mendapati ternyata buku itu luar biasa menarik.”
Squire dikenal sebagai penulis buku harian dan mendokumentasikan kehidupan dan pengalaman di Wellington, selama berlangsungnya Perang Peninsula. Dia terlibat dalam dua peristiwa pengepungan dari Badajoz antara Mei dan Juni 1811—sebagaimana tercantum dalam waktu dan tanggal dalam jurnal tersebut.
“Jurnal khusus ini ditulis antara Bulan Mei hingga Juli tahun 1811. Wellington disebutkan Squire dua kali dalam berita-berita di periode Mei-Juni [1811],” kata Mike Gray –yang juga pemilik toko buku itu bersama Sprent.
Lalu bagaimana dengan keaslian buku harian yang berusia ratusan tahun tersebut? Sebelum membahasnya, Sekali lagi Selamat Hari Buku Sedunia, jangan lupa untuk baca buku setiap harinya.
Menguji Keaslian Buku Harian Berusia 200 Tahun
Buku harian itu tampaknya ditulis dengan tangan, lengkap dengan gambar diagram terowongan bawah tanah dan seluruh rencana pertempuran serta catatan mengenai cuaca dan kejadian hari itu. Mike Gray dan Sprent sempat mengira buku itu palsu. “Hal itu sempat terlintas di pikiran kami, tapi jelas terlihat sepertinya buku itu bukan hanya coretan kecil dari buku harian pria ini yang ditulis pada tahun 1811,” kata Gray.
Salah satu cara untuk menguji keaslian buku ini adalah dengan mencipratkan sedikit air dibeberapa tinta di buku ini dan melihat apakah akan merembes atau tidak. “Dan buku ini ternyata asli setelah diuji dengan cara seperti itu dan bukan juga salinan," ujar Sprent.
Dia menambahkan, mereka menemukan buku ini beberapa pekan lalu dan berusaha mencari seseorang untuk memastikan keaslian buku harian tersebut. "Kami berusaha menghubungi beberapa orang namun tidak ada yang muncul, jadi kemarin Saya menggunggahnya ke Facebook dan hari ini sudah ada beberapa orang dari museum di seluruh dunia yang menyatakan sangat tertarik untuk melihat buku jurnal tersebut,” kata Sprent.
“Tentu saja kami ingin sekali ada seseorang yang bisa meneliti lebih jauh buku ini untuk mengetahui apa sebenarnya yang kami dapatkan,” tambah dia. Sprent mengaku tengah menanti kedatangan seorang akademisi sejarah Eropa yang hendak menelaah buku harian tersebut, pekan ini. Orang-orang yang bersedia membeli buku harian itu juga telah dia hubungi.
“Telepon saya terus berbunyi selama 24 jam terakhir, kami memang memiliki usaha kecil dan berminat untuk menjualnya,” kata Sprent. Meski demikian, Sprent ingin memastikan orang yang nantinya membeli buku itu menjamin akan merawatnya dengan baik. “Kami tidak ingin buku ini menjadi tergeletak tak tersentuh atau tidak bisa diakses sama sekali karena menjadi milik pribadi seseorang, seperti kondisi buku itu selama ini di toko kami.”
Penulis: Eko Huda S
Sumber: Dream.co.id