Fimela.com, Jakarta Krisdayanti menjadi satu dari pesohor entertainment yang berjuang dengan penuh tenaga, dari nol sampai memiliki segalanya. Menghabiskan masa kecil di Kota Batu, Jawa Timur, Krisdayanti mencoba berkarir di Jakarta. Rumah kontrakan petak menjadi tempat tinggal pertamanya bersama ibunda dan sang kakak, Yuni Shara.
Sebagaimana dituturkan dalam buku yang ditulis oleh Alberthine Endah berjudul My Life, My Secret: Catatan Hari Krisdayanti, begitu panjang jalan hidup yang harus ditempuh oleh Sang Diva sampai bisa diterima di industri hiburan.
Kisahnya naik bus demi mengikuti kompetisi satu ke kompetisi lain, tampil di satu panggung ke panggung lain tercatat rapi. Juga ketika penyanyi yang akrab disebut KD ini sering ditolak mentah-mentah perusahaan rekaman ketika ingin mengajukan demo suaranya.
Dewi Fortuna pun akhirnya berpihak padanya. Karirnya mulai melejit setelah berhasil menjuarai ajang Asia Bagus pada tahun 1992 di Jepang. Ketika itu, gadis remaja berusia 17 tahun itu mampu membuat dewan juri terkesima. Warner Music Indonesia pun mengontraknya, lalu merilis album studio perdana bertajuk Terserah pada 1995.
Sejumlah artis lainnya pun sama. Mereka menjadi artis tidak dengan cara instan. Ada nilai perjuangan di dalamnya sehingga mereka bisa menjaga eksistensi meski banyak persaingan di dunia hiburan. Kisah-kisah mereka menjadi ditorehkan dengan tinta emas untuk menginspirasi masyarakat.
Sebut saja bagaimana Sumarti alias Titiek Puspa berjibaku ke Semarang, Jawa Tengah mengikuti kontes menyanyi Bintang Radio pada 1954. Di sana, Titiek Puspa berhasil menjadi Juara Bintang Radio Jenis Hiburan Tingkat Jawa Tengah. Lalu pada pertengahan 1960 ia bisa menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta.
Dan mewakili generasi paling muda, Bunga Citra Lestari bisa menjadi contoh. Sebelum meraih cita-citanya sebagai entertainer, wanita yang akrab disapa Unge ini mengaku pernah menjadi seorang Sales Promotion Girl atau SPG. Profesi itu dilakoni sembari kuliah, sebelum ia dikenal sebagai penyanyi maupun pemain sinetron.
"Jaga (stand). Jadi sepanjang hidupku struggle," ucap Bunga Citra Lestari baru-baru ini saat menjadi juri Indonesian Idol 2018.
Bunga Citra Lestari dan Krisdayanti merupakan salah satu contoh artis-artis yang masih menjaga eksistensinya di industri hiburan Tanah Air.
Menjaga Eksistensi di Tengah 'Pertarungan'
Menjaga eksistensi mutlak diperlukan bagi seorang yang ingin bertahan di bidang apapun. Termasuk di ranah entertainment, seorang artis harus bisa melakukan beberapa cara agar masyarakat tetap melihat karya-karyanya.
Krisdayanti menjadi permisalan yang baik bagaimana menjaga eksistensi dilakukan dengan sebenar-benarnya. Sebagai senior, Krisdayanti tahu betul bagaimana pentingnya tindak-tanduk dalam industri.
Kasarnya, seorang performer akan dilihat bagaimana dirinya di atas panggung maupun sesudahnya. Tentu saja sebuah event organizer lebih memilih penyanyi atau aktor yang mempunyai nilai-nilai positif.
"Memiliki dan menjaga attitude yang baik. Baik dengan media, penyelenggara acara, maupun penggemar. Saya yakin itu bisa dilakukan," ucap Krisdayanti kepada Bintang.com beberapa waktu lalu.
Merawat dan menjaga penampilan luar juga harus dilakukan oleh para senior. Bagaimana tidak, dengan gerusan jaman yang tak memiliki ampun mereka harus bisa bertahan. "Merawat diri, happy life, no stressfull life, itu juga akan membantu," tukas Bunga Citra Lestari.
Sadar Diri untuk Berkompetisi
Meski masih bisa menjaga eksistensi, namun sejumlah artis sadar diri untuk berkompetisi. Memang saat ini, waktunya para artis muda untuk terus berkibar. Namun, pada kenyataannya artis-artis senior juga masih bisa bercokol di tempat pijaknya.
Berkompetisi dengan yang muda pastinya bukan tujuan. Namun hal itu sudah menjadi hukum alam yang berlaku dengan adanya regenerasi. Ketika suguhkan karya para generasi tua tak bisa mengakomodir atau tak sesuai perkembangan jaman, maka mereka bakal tersingkir.
Rossa, penyanyi yang akrab dengan lagu-lagu pop melankolis ataupun grande mencoba meng-grab penggemar lain. 21 tahun usianya di blantika musik tak membuatnya aman. Karenanya Rossa pun melakukan terobosan.
Satu single berjudul Body Speak menjadi pembuktian. Beda dengan lagu sebelumnya, Rossa menyentuh penggemar muda dengan genre dance music beserta nuansa kekinian. Rossa pun terlihat lebih fresh dengan tampilannya, juga konsep videoklip yang terkesan modern.
Sementara Armand Maulana pernah mengungkapkan bahwa dirinya senantiasa terbuka dengan perkembangan zaman. Ia yang sudah merasakan bagaimana transisi dari bentuk kaset pita ke cakram (compact disc) pun harus siap dengan digitalisasi.
Kepada media, Armand mengatakan bahwa dirinya selalu menghimbau kepada teman-teman seangkatan untuk siap dengan perkembangan zaman dan teknologi. Seperti penjualan secara digital sekarang ini, jangan sampai membuat para senior berhenti berkarya.
Terakhir adalah pesan Titiek Puspa yang ditujukan kepada adik-adik, anak-anak, atau cucu-cucunya di industri hiburan Indonesia agar bisa terus berkarya bahkan sampai tua. Menurutnya, seorang pelaku industri hiburan sekaligus publik figur harus bisa mengatur semuanya dengan seimbang. Mereka, generasi-generasi sekarang, anak-anak muda, dituntut belajar dan terus belajar supaya jadi orang yang jujur dan berbakti serta penuh cinta. Itu merupakan modal utama menurut Titiek Puspa.