Kata Perempuan: Transgender, Antara Menyalahi Kodrat atau Jadi Diri Sendiri

Lanny Kusuma diperbarui 20 Apr 2018, 17:01 WIB

Fimela.com, Jakarta Beberapa waktu terakhir, isu transgender kembali menyeruak dan menjadi pembicaraan publik. Terlebih saat Mahkamah Konstitusi menolak uji materi terhadap sejumlah pasal yang mengatur kejahatan terhadap kesusilaan di Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), hingga munculnya artis yang diduga sebagai seorang transgender.

Tak hanya di Indonesia, isu terkait transgender pun terus berkembang diberbagai penjuru dunia dan masih menjadi perdebatan. Lalu bagaimana para perempuan menanggapi isu tersebut?

What's On Fimela
Ilustrasi (iStockphoto)

Terkait isu transgender, Bintang.com telah menghimpun berbagai pendapat para perempuan dari berbagai latar belakang, usia, dan profesi, di mana ada yang mendukung, dan tak ingin ikut campur terkait pilihan hidup seorang transgender.

Bicara soal transgender, ada banyak alasan mengapa seseorang melakukan tindakan yang dinilai menyalahi kodrat tersebut. Ada yang merasa jika dirinya berada di tubuh yang salah, dan mengalami perdebatan batin yang panjang, dan parahnya ada juga yang melakukan hal tersebut karena terbawa lingkungan.

"Mungkin pandangan soal transgender ini bias ya akhir akhir ini. Apalagi banyak yang memutuskan untuk jadi transgender untuk hal-hal yang bukan karena 'bawaan lahir'. Kalau dari bawaan lahir, misal dari kecil dia itu laki-laki tapi seiring bertambahnya usia dia merasa lebih ke perempuan, dan akhirnya memutuskan jadi transgender, aku pribadi masih bisa terima. Karena itu menyangkut fisik dan psikologis," ujar salah satu narasumber Bintang.com, Dinia Adrianjara (25).

"Tapi lain cerita sama mereka yang milih ganti kelamin hanya karena materi mungkin, atau pengaruh lingkungan. Menyalahi kodrat Tuhan banget nggak sih?!" lanjutnya terkait pendapat soal transgender.

2 dari 4 halaman

Pandangan Perempuan Soal Transgender

Meski dinilai sebagai pilihan yang menyalahi kodrat, diluar hal tersebut tak sedikit perempuan yang merasa tak masalah dengan pilihan menjadi seorang transgender, selama tak merugikan hidup orang banyak.

"Transgender itu sebenarnya pilihan hidup mereka sih, nggak bisa dihakimi. Yang penting mereka enggak ngerugiin hidup aku dan orang banyak, apalagi sampai mempengaruhi lingkungan," ujar narasumber Bintang.com lainnya, Firli Nabila (25) yang memilih tak ingin menutup mata dengan keberadaan kaum transgender.

Ilustrasi operasi plastik (Sumber: Tech Insider)

Lebih lanjut ia mengungkapkan jika kisah dibalik pilihan seorang transgender bisa membuatnya mengerti atas kesulitan yang mereka rasakan, meski sebenarnya ia medukung sepenuhnya atas keberadaan mereka. 

"Aku pernah ngobrol sama transgender Solena Chaniago dan aku merasa biasa aja, nggak ada yang nggak setuju atau pengin ngejauh. Perjalanan hidupnya pun bisa aku pahami kenapa memilih seperti itu," katanya, yang berkisah soal pengalaman pribadinya saat menghadapi seorang transgender.

"Tetapi beda ceritanya pas lihat Lucinta Luna. Aku yang kayak males dan kesel sendiri karena dia berlebihan, bahkan enggak ada sisi inspiratifnya sama sekali. Aku yang kayak, 'please orang ini boleh enggak sih nggak usah jadi perbincangan.' Jadi, balik lagi ke bagaimana para transgender ini berperilaku," tukasnya.

3 dari 4 halaman

Persaingan Perempuan dan Transgender Perkara Jodoh

Kamu setuju nggak dengan adanya tren menikah muda? Ikuti polling Bintang.com di bawah ini yuk… (Ilustrasi: The Spruce)

Bicara urusan jodoh, hal ini kadang menjadi topik sensitif untuk sebagian perempuan. Kira-kira dengan adanya kaum transgender, apakah para perempuan merasa memiliki saingan baru?

Terkait hal tersebut, sebagian narasumber perempuan yang dipilih Bintang.com mengatakan jika tak merasa tersaingi dengan keberadaan kaum transgender, dengan dalih jika jodoh seseorang telah menjadi takdir yang ditentukan Tuhan, dan kemampuan juga kualitas diri seseorang akan membawa dirinya menemukan jodoh yang tepat.

4 dari 4 halaman

Harapan Para Perempuan 

Ilustrasi (Sumber Foto: Quartz)

Di luar perdebatan dan kontroversi terkait isu tersebut, mereka berharap jika kaum transgender bisa dirangkul, mendapat perhatian dan bimbingan terkait masalah seksualitas yang mereka tengah hadapi. 

Pendekatan tersebut pun diharapkan bisa menyelesaikan konflik psikis maupun batin dan membatu mereka untuk menemukan jati diri yang sebenarnya.

Terakhir, harapan terbesar para perempuan adalah agar keberadaan kaum transgender tak membawa dampak negatif ke masyarakat, yang nantinya bisa membuat para kaum transgender semakin tak dianggap keberadaannya di masyarakat.