Fimela.com, Jakarta Dari: Ap Munarrani
Hai kak, panggil aku Munar. Ceritaku begini. Jadi aku baru saja ditinggal ayahku minggu lalu. Ibuku jg sudah meninggal 2 tahun lalu. Aku sedih bgt setelah ayah meninggal, rasanya benar2 rapuh. Aku punya banyak kakak dan keponakan tp ttp buat aku merasa kesepian.
Singkatnya, kemarin ada temanku nyatain perasaannya. Katanya dia sayang aku dan pengen jd pacar aku. Dulu kita pernah kerja bareng. Aku kaget, sebenarnya aku senang tp entah gmn rasanya aku blm siap betul ngasih dia jawaban.
Aku ngerasa yang aku butuh skrg adalah imam, pengganti ayah, teman hidup, suami. Bukan lg pacar yang cuma senang2 trus nanti putus begitu ngerasa ga cocok. Menurut kakak, sebaiknya aku gimana?
***
Dear Munar,
turut berduka cita atas kepergian ayahmu. Bisa dibayangkan betapa hebatnya perasaan kehilangan yang kamu rasa setelah ayahmu pergi menyusul ibu. Meski masih ada saudara yang lain, tapi kosongan yang kamu rasa akibat kepergian mereka tetap takkan terisi.
Pada dasarnya, fase menyatakan cinta, menerima, menjalani hubungan hingga memutuskan menikah ini harus dilalui dengan proses yang sama. Bahkan dalam kondisi kamu yang seperti ini, sepertinya kamu harus 'kerja' ekstra.
What's On Fimela
powered by
Tak Baik Mengambil Keputusan Besar dalam Kondisi Hati yang Belum Stabil
Menikah itu bukan keputusan sembarangan. Menikah itu sebuah langkah besar dalam hidup. Sebelum kamu mengarahkan kakimu ke sana, pastikan dulu kalau kakimu sudah kuat untuk kembali melangkah tegap, berjalan, bahkan berlari.
Pulihkan dulu lukamu akibat rasa kehilangan. Jangan bebankan keinginanmu untuk mendapatkan pendamping hidup di masa-masa seperti ini, ke pundak dia yang baru mau mencoba masuk ke dalam hidupmu. Bukan tidak boleh. Boleh saja, tapi pelan-pelan.
Semua Butuh Waktu
Mulai dulu dari dirimu. sembuhkan perasaan kehilangan itu. Setidaknya, sampai kamu yakin kamu bisa mengatasinya sendiri. Baru kamu melibatkan orang lain lagi untuk urusan hati. Melibatkan dia sekarang-sekarang ini cuma akan mempersulit keadaan nantinya. Kamu bisa jadi terlalu berharap dia akan membantumu menyembuhkan luka itu, ekspektasimu tak terkendali, dan malah menimbulkan luka yang lain lagi.
Tidak perlu terburu-buru. Nanti, setelah kamu yakin kamu sudah kembali kuat, kembali siap 'mengelola hati' dalam sebuah hubungan, baru kamu pikirkan lagi soal pasangan hidup. Sekarang, nikmati dulu keberadaannya. Untuk sekadar pacaran, tidak apa-apa. Anggap saja ini proses penilaian dia benar layak atau tidak jadi pendamping hidupmu. :)
***
Punya masalah percintaan yang bikin galau? Curhatin aja! Kirim curhatanmu ke redaksi@bintang.com. Jangan lupa tulis subject emailnya: CURHAT PEMBACA BINTANG, ya. Curhatanmu akan dijawab dan kamu bisa lihat jawabannya di www.bintang.com/relationship. Ditunggu!