Fimela.com, Jakarta Aktris yang satu ini namanya melejit tinggi di dunia sinetron, tapi kini lebih fokus bermain film. Dia adalah Dinda Kanya Dewi. Film terbarunya, Reuni Z, sudah tayang di bioskop sejak 12 April kemarin.
***
Sebagai pemeran, Dinda Kanya Dewi merasa senang ketika mendapat tawaran main dalam film Reuni Z yang disutradarai Soleh Solihun. Bukan peran biasanya, karena dalam film tersebut Dinda didapuk menjadi seorang transgender bernama Marina.
"Ya aku kayak antara seneng, tapi kok aku ya (yang dipilih), hahaha. Katanya sih karena cocok sama karakter aku yang ngocol," ujar Dinda seraya tertawa saat berkunjung ke redaksi Bintang.com, di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, beberapa hari lalu. Menurut Soleh Solihun yang dalam film ini merangkap sebagai sutradara, penulis skenario sekaligus pemain, Dinda memang cocok dengan karakter sebagai Marina.
What's On Fimela
powered by
Disinggung tentang isu transgender yang belakangan mencuat dengan kehadiran Lucinta Luna dan Melly Bradley, Dinda Kanya Dewi merasa kebetulan. Karena produksi film ini sudah dilakukan sebelum isu tersebut mencuat. Dinda sepertinya sudah menemukan dunia baru yang lebih menantang di film layar lebar.
Sebelumnya, wanita kelahiran 5 Februari 1987 ini dikenal sebagai bintang sinetron. Perannya sebagai Mischa yang antagonis di Cinta Fitri selama 7 musim membuat namanya melejit ke puncak popularitas. Pemeran utama sinetron produksi MD Entertainment itu memang Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu.
Namun pemeran lainnya termasuk Dinda Kanya Dewi juga ikut dikenal luas terutama karena karakter Mischa yang antagonis dan suka bikin kesal penonton. Usai Cinta Fitri tamat, Dinda Kanya Dewi yang mengawali karir sebagai model ini bermain di beberapa film layar lebar seperti Hi5teria, Sanubari Jakarta, Mama Cake, Tuyul part 1, Pesantren Impian dan Hangout.
Dinda juga masih sempat tampil di beberapa sinetron seperti Putri Nabila, Kami Bukan Malaikat, Catatan Hati Seorang Istri 2, Anak Jalanan dan Boy yang sebagian besar sebagai pemeran pendukung. Kini setelah banyak bermain film, apakah Dinda Kanya Dewi akan kembali bermain sinetron yang sudah melejitkan namanya?
Apa perbedaan yang ia rasakan di bidang flm maupun sinetron? Lalu apa yang membuat produser film Reuni Z langsung mendapuknya untuk berperan sebagai transgender? Simak hasil wawancara dengan Dinda Kanya Dewi yang juga mengungkapkan rencana karirnya dalam lima tahun ke depan.
Dinda Kanya Dewi dan Reuni Z
Film Reuni Z disutradarai Soleh Solihun bersama Monty Tiwa. Soleh juga merangkap sebagai penulis skenario dan pemain utama, seperti dilakukannya di film Mau Jadi Apa?. Ada banyak kesan dan pelajaran yang didapat Dinda Kanya Dewi selama bermain di film Reuni Z.
Apa peran kamu di film Reuni Z?
Aku berperan sebagai Marina dia itu bisa jadi segalanya, feminin dan maskulin. Dia transgender, tapi dia jagoan kok dan paling berani di film Reuni Z ini. Pas acara reuni nggak ada yang mengenali Marina, karena dia dulunya cowok. Buat lebih jelasnya, tonton filmnya, hahaha.
Apa inti cerita Reuni Z?
Ide ceritanya tentang reuni, ya biasanya kan orang yang sudah lama lulus sekolah antusias banget kalo ada reuni, pasti semangat mau dateng, tapi itu dicampur sama unsur horor, yaitu tiba-tiba di acara reuni ada serangan zombi, nah ini yang bikin filmnya unik. Aapalagi ada kerjasama sama komunitas zombi, ya bisa dibilang zombinya statusnya terakreditasi kalo kata kang Soleh, hahaha.
Ada persiapan khusus sebelum syuting?
Kalo aku bertemu sama orang-orang yang transgender, riset juga terus beberapa bagian tubuh dibuat lebih berisi, intonasi suara juga dibuat beda. Aku juga latihan band karena ceritanya aku sama kang Soleh, mas Tora Sudiro dan Ayusita, kita ceritanya anak band waktu SMA dan tampil di acara reuni.
Latihan alat musik apa dan berapa lama?
Sebenarnya dari kita berempat cuma mas Tora yang bisa main musik, jadi kita latihan dulu biar nggak terlihat kaku waktu syuting. Aku sendiri latihan drum sampai sekitar bulan, mungkin mestinya kita bikin band abis main film ini, hehehe.
Kenapa kamu yang dipilih memerankan karakter transgender?
Kata kang Soleh, aku dipilih karena cocok sama karakternya yang ngocol dan suka memicu tawa. Jadi sebelum syuting pak Sunil (produser dari Rapi Film) sudah bilang “wah peran Marina ini cocok banget buat Dinda karena dia bisa peran yang ngaco-ngaco,” katanya gitu. Itu mungkin setelah pak Sunil lihat akting aku di film Hangout , katanya aku bisa cuek dan ngaco banget.
Sutradara Reuni Z juga seorang komika, apa selama syuting ada banyak improvisasi?
Oh iya, pas syuting memang banyak improvisasi. Yang penting dialog inti sudah tersampaikan, jadi mau ditambahkan juga nggak masalah, karena kang Soleh dan mas Monty memang suka kasih kebebasan sama pemain terutama dalam hal dialog. Dua sutradara ini memang suka ngasih kejutan dan sering improv juga jadi seru aja rasanya pas syuting.
Apa pesan yang mau disampaikan dari film ini?
Pesannya, ini film yang sangat menghibur, yang ringan aja buat seru-seruan. Mungkin karena lokasi syutingnya sekitar 80 persen di sekolah, jadi mengingatkan kita sama masa-masa sekolah.
Apa yang menarik sehingga kita harus nonton Reuni Z?
Ya mungkin ini bukan flm pertama tetnang zombi, tapi ini menurut aku yang sesuai dengan kaidah perzombian, hahaha. Karena kita ada kerjasama dengan komunitas zombi dan aku juga lihat karya mereka di Comic Con, mereka ikut membantu di sini. Terus aku juga suka sama film komedi zombi luar dan ternyata bisa diikuti sama Reuni Z, ada takutnya, ada gregetnya, bisa ketawa-ketawa juga, kalo aku sih terhibur banget nontonnya.
Cinta Dinda Kanya Dewi pada Akting
Berawal dari dunia model, Dinda Kanya Dewi memulai kiprahnya di dunia hiburan. Meski dikenal sebagai bintang sinetron, Dinda justru lebih dulu mencuri perhatian lewat kiprahnya di layar lebar. Lalu apa yang membuat pemain film Reuni Z begitu menyukai dunia akting?
Bagaimana awal mula terjun di dunia hiburan?
Awalnya aku dari finalis Gadis Sampul 2002. Waktu itu banyak dapat tawaran pemotretan dan jadi model video klip. Aku pernah jadi model klip nya Samsons, Ungu, Letto sama ST12. Dari situ aku mulai mendapat tawaran kasting main film dan sinetron. Tapi yang bikin aku dapat banyak tawaran justru setelah main film Kawin Kontrak di tahun 2007.
Setelah itu main di Cinta Fitri?
Iya, setelah main di Kawin Kontrak, aku dapat peran di sinetron Cinta Fitri sebagai Mischa. Tadinya sih pengin nyobain aja main sinetron terus sempat keluar. Nggak lama aku diajak lagi main di Cinta Fitri. Awalnya karakternya biasa sih, tapi setelah itu jadi antagonis yang ternyata cukup sukses dan sinetronnya juga sukses banget.
Apa yang membuat kamu terjun di dunia akting?
Dulu nggak ada rencana buat akting atau jadi pemain film dan sinetron. Waktu SMA aku dikontrak sama salah satu PH, dibayarin kursus akting, intensif selama 4 bulan sama almarhum om Didi Petet sama mas Yayu Unru,Pas disitu aku baru sadar ini bidang yang aku cari, aku pengen berkarir di dunia seni peran. Selama ikut kursus itu aku benar-benar dapat teori tentang akting yang cukup banyak. Makanya aku sempat main teater juga setelah selesai main sinetron.
Apa yang membuat Cinta Fitri sukses?
Pas masuk di Cinta Fitri ya pengen nyoba aja main sinetron, mengalir aja. Awalnya karakter Mischa itu kan baik, terus berubah jadi antagonis. Kita jalanin aja, kita juga nggak tau rating dan ternyata sukses dan dapet sambutan bagus. Awalnya sempat anggap remeh sama sinetron tapi justru perubahan hidup dan karir terbesar aku ya di sinetron Cinta Fitri, jadi emang nggak bisa diremehin.
Apa beda main di sinetron dengan film?
Ya sekarang baru sadar kalo sinetron, film dan teater memang beda punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi nggak bisa disamain. Yang paling beda, kalo di film persiapannya lebih lama karena kan ada proses reading, pra-produksi dan lain-lain. Terus tidak terlalu banyak kejutan, paling masalah lebih ke teknis. Kalo di sinetron sering ada kejutan, skrip kadang-kadang baru dapet di lokasi, atau kita punya stok ternyata nggak dipakai dan harus kejar tayang. Soal tantangan memang lebih banyak di sinetron, karena lebih sulit ditebak, ya kadang kangen juga sih sama sinetron.
Kalau proyek film terbaru?
Film terbaru selain Reuni Z, ada Daysleepers yang disutradarai Paul Augusta, tapi belum bisa cerita banyak soal film ini. Rencananya tayang tahun ini juga.
Apa yang menarik dari dunia akting?
Karena aku dari kecil suka berkhayal, aku ini daydreaming, punya banyak imajinasi dan nggak bisa stop mikir. Aku bisa stres kalo kebanyakan diam, maunya selalu aktif. Lewat akting aku jadi ada media buat menyalurkan dan mewujudkan itu semua. Aku juga senang banget pake kostum, aku bisa merasakan menjadi seseorang. Itu yang bikin aku cinta sama dunia akting, aku bisa jadi apa pun. Aku belum pernah jadi ibu ya pengin ngerasain jadi ibu lewat film. Atau jadi pekerja kantoran, ya senang aja bisa berubah-ubah peran.
Seperti apa Dinda Kanya Dewi di dunia hiburan dalam 5 tahun ke depan?
Hmm, mungkin tetap di akting. Kayaknya aku nggak ada bayangan lain di luar akting. Mungkin pas udah tua dan meninggal nanti, masih tetap di akting karena memang aku cinta banget sama akting. Kalo bisnis kayaknya belum ada rencana kesana. Ya mungkin aja nanti punya sekolah akting atau mungkin jadi produser, tapi tetep masih di film atau sinetron.
Siapa yang paling berjasa dalam karier seorang Dinda Kanya Dewi?
Yang berjasa, pastinya mama dan keluarga aku. Selain keluarga banyak banget sih. Yang paling berkesan ya almarhum om Didi Petet dan mas Yayu Unru. Karena membuka mata aku kalau akting nggak sesimpel itu dan bisa belajar akting lebih mendalam lagi.
Berawal dari film, dikenal luas lewat peran antagonis di sinetron yang sempat fenomenal dan kini kembali berkibar di dunia film. Dinda Kanya Dewi mulai menghapus stereotip pemeran antagonis sebagai Mischa di Cinta Fitri. Lewat sejumlah film termasuk Reuni Z yang sedang tayang di bioskop, Dinda Kanya Dewi makin memantapkan langkahnya di dunia akting.