Fimela.com, Jakarta Televisi sempat menjadi barang mewah yang hanya dimiliki oleh orang kaya atau pejabat desa. Kini hampir semua orang memiliki TV dengan berbagai macam model dan kepintarannya.
Alat yang umumnya berbentuk persegi panjang ini pun jadi sarana sosialisasi serta edukasi yang jangkauannya paling luas. Eksistensinya mampu menyaingi radio yang jadi primadona di era dahulu.
Dulu TV hanya menayangkan satu stasiun milik pemerintah. Isinya pun tentu sedemikian rupa dijaga agar tidak melanggar peraturan-peraturan, atau hal lain yang bersifat provokatif.
Media televisi pun berkembang dengan banyaknya perusahaan swasta yang terlibat. Akibatnya KPI pun harus bekerja ekstra mengawasi beragamnya acara televisi yang disaksikan jutaan pasang mata setiap harinya.
Di antara berbagai macam program TV, acara musik adalah yang sering saya tunggu-tunggu. Mulai dari showcase country yang bernuansa cowboy sampai konser megah dengan iringan orkestra lengkap begitu menarik perhatian saya.
Namun belakangan acara musik tak lagi sedigdaya dulu. Apakah karena penikmat musik berkurang, ataukah rating jadi penentu ada atau tidaknya acara itu?
Korban Rating?
Sebagai generasi 90an, sulit dipungkiri influence kami waktu itu adalah salah satu franchise channel musik dari luar negeri. Acara itu sangat ngetrend di kalangan muda, yang melahirkan berbagai host kenamaan yang dulu disebut VJ atau Video Jockey.
Musik di jaman itu dikemas dalam berbagai kemasan yang menarik dan kekinian pada masanya. Namun sayangnya ia tak bertahan selamanya karena satu dan lain hal.
Namun di berbagai stasiun TV acara musik juga sempat booming. Para musisi mendapat lahan untuk memperkenalkan karya-karyanya, termasuk berbincang mengenai hal menarik lainnya.
Saat ini tak bisa dipungkiri hanya ada segelintir acara musik yang benar-benar musik. Jikapun ada porsinya tak lagi dominan karena beradaptasi untuk lolos dari momok para insan TV yakni rating.
Untungnya selalu ada jawaban di tengah permasalahan. Promosi musik kini tak hanya sebatas TV maupun radio, melainkan sudah menjalar ke social media, aplikasi musik dan off air yang jadi alternatif.
Memang menentang angka rating untuk sebuah acara musik berkualitas tidaklah mudah. Tapi setidaknya ada tanda-tanda kecil musik akan kembali mendapat tempat yang layak di layar kaca. Mari berdoa bersama untuk musik Indonesia.