Editor Says: Sukmawati Soekarnoputri Berkarya di Ranah Sensitif

Edy Suherli diperbarui 07 Apr 2018, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Saat Sukmawati Soekarnoputri membacakan puisi Ibu Indonesia di pagelaran busana 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di ajang Indonesia Fashion Week 2018 belum ada yang kontra atas puisi tersebut.  Gemuruh tepuk tangan hadirin menggema dari para undangan yang hadir di acara itu. Mulai dari menteri kabinet Gotong Royong, artis, penyanyi kalangan mode hingga wartawan yang ikut meliput pagelaran perancang asal Semarang itu.

Keesokan harinya reaksi baru bermunculan. Hanya dalam waktu singkat pemberitaan dan pembahasan soal puisi tersebut menyesaki dunia maya. Mulai dari berita dan komentar di berbagai laman media sosial membuat situasi makin panas. Sukmawati Soekarnoputri mendadak menjadi trending topik.

What's On Fimela

Pertanyaannya, apa benar isi puisi itu menyinggung agama Islam? Coba kita baca kembali baris demi baris puisi yang bikin heboh itu. Ini petikannya:

 

Ibu Indonesia

 

Aku tak tahu Syariat Islam

Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

Lebih cantik dari cadar dirimu

Gerai tekukan rambutnya suci

Sesuci kain pembungkus ujudmu

Rasa ciptanya sangatlah beraneka

Menyatu dengan kodrat alam sekitar

Jari jemarinya berbau getah hutan

Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia

Saat penglihatanmu semakin asing

Supaya kau dapat mengingat

Kecantikan asli dari bangsamu

Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif

Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

 

 

Aku tak tahu syariat Islam

Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok

Lebih merdu dari alunan azan mu

Gemulai gerak tarinya adalah ibadah

Semurni irama puja kepada Illahi

Nafas doanya berpadu cipta

Helai demi helai benang tertenun

Lelehan demi lelehan damar mengalun

Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia

Saat pandanganmu semakin pudar

Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu

Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.

Budayawati Sukmawati Soekarnoputri tersenyum usai pertemuan dengan Ketua MUI KH Ma'ruf Amin di kantor MUI, Jakarta, Kamis (5/4). Usai pertemuan tersebut MUI telah mendapatkan klarifikasi perihal puisi yang di bacakan Sukmawati. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Puisi yang dibacakan Sukmawati itu memang sudah mengangkat wilayah sensitif. Ia coba membandingkan suara azan dengan kidung dan juga persoalan busana (baca; konde) dengan cadar. Seperti diketahui persoalan SARA (suku, ras, agama dan antargolongan) amat mudah memantik  sentimen publik. 

Sukmawati Soekarnoputri memang cukup berani menyerempet pada wilayah sensitif (baca; SARA) lewat puisi Ibu Indonesia. Hanya orang-orang yang punya pamor kuat saja yang berani menyinggung persoalan SARA di negeri ini. 

2 dari 3 halaman

Meminta Maaf

Putri Proklamator Republik Indonesia Bung Karno, akhirnya meminta maaf pada umat Islam terkait puisi Ibu Indonesia yang menjadi kontroversi berbagai kalangan. (Nurwahyunan/Bintang.com)

Dalam sepekan opini publik terhadap puisi yang dibacakan adik kandung Megawati Soekarnoputri itu kian deras. Ia didesak meminta maaf atas apa yang sudah ia baca. Namun Sukma coba menekankan kalau apa yang dibacakannya tak bermaksud menyinggung siapa pun. Setelah itu muncul puisi-puisi tandingan yang bernada kontra atas Puisi Ibu Indonesia. 

Tak menunggu lama, reaksi yang awalnya banyak beredar di media sosial, akhirnya bermuara menjadi laporan polisi. Sukma dilaporkan ke polisi atas dugaan penodaan agama oleh pengacara bernama Denny Adrian Kushidayat ke Polda Metro Jaya pada Selasa (3/4/2018).

 

Suasana saat massa Aksi Bela Islam 64 berunjuk rasa di Bareskrim, Jakarta, Jumat (6/4). Pengunjuk rasa menuntut Sukmawati Soekarnoputri diadili terkait puisinya. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Tak kuasa dengan desakan dan opini publik yang makin kencang, tepat sepekan setelah membacakan puisi itu, Sukmawati pun menggelar jumpa pers dan mengungkapkan penyesalan dan permohonan maaf kepada publik. Sambil berurai air mata ia menyesali apa yang telah terjadi. "Saya mohon maaf lahir batin kepada umat Islam Indonesia khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan dengan puisi Ibu Indonesia," begitu pernyataan yang ia sampaikan di kawanan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4/2018).

Meski sudah mengajukan permohonan maaf namun laporan terhadap Sukmawati tak terhenti. Dua hari setelah laporan pertama, ia kembali di laporkan ke polisi oleh Forum Umat Islam Bersatu (FUIB), Forum Suhada Indonesia dan gabungan ormas pemuda Islam. Bahkan pada Jumat (6/4/2018) digelar aksi demo terhadap Sukmawati Soekarnoputri.

 

Klarifikasi Sukmawati Soekarnoputri soal puisi Ibu Indonesia yang kontroversial. (Foto: Nurwahyunan/Bintang.com Desain: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Putri proklamator RI itu sudah menyesali perbuatannya, namun kata maaf tampaknya belum bisa diberikan untuknya. Harus seperti apa lagi dan harus melakukan apa lagi supaya kata maaf itu diterima? Padahal dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang pemaaf.

Kalau dikembalikan kepada Syariat Islam, apakah demikian menyikapi seseorang yang sudah menyatakan pengakuan bersalah dan menyesali perbuatannya. Pemilik alam semesta ini saja memiliki sifat Yang Maha Pemaaf,  mengapa umatnya yang tak luput dari salah dan khilaf tak punya sifat yang serupa. Yang dilakukan justru sebaliknya, kembali melaporkan Sukmawati ke polisi.

Sisi lain yang bisa dipetik dari Puisi Ibu Indonesia yang disampaikan Sukmawati adalah perhatian kita pada kumandang azan harusnya akan lebih awas lagi setelah komparasi kidung dan suara azan yang diutarakan Sukmawati.  Kalau dulu pura-pura tak mendengar saat azan terdengar,  sekarang seharusnya berbeda dong.

3 dari 3 halaman

Bijaksana dalam Berkarya

Budayawati Sukmawati Soekarnoputri ditemui oleh perwakilan MUI setibanya di kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Kamis (5/4). Sukmawati datang untuk mengadakan pertemuan tertutup dengan Ketua Umum MUI, Ma'ruf Amin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di era keterbukaan seperti sekarang ini memang semua pihak harus ekstra hati-hati dalam memublikasikan karya. Apalagi saat sebuah karya sudah menyentuh ranah sensitif seperti SARA. Issu yang berkaitan dengan sara begitu mudah "digoreng" dan dieksploitasi untuk kepentingan tertentu.

Apakah kreatifitas seorang seniman atau siapa pun terbelenggu dalam berkarya saat perhatian publik begitu ekstra seperti sekarang ini? Semustinya tidak, malah ini adalah tantangan lain untuk melahirkan karya bernas yang tak  membuat orang atau sekelompok lain tersinggung.

Budayawati Sukmawati Soekarnoputri mendatangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Kamis (5/4). Kedatangan Sukmawati untuk mengklarifikasi atas puisi kontroversial yang dibacakannya beberapa waktu lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Teliti sebelum memublikasikan karya, itu kuncinya. Perlu ditimbang-timbang apakah yang kita sampaikan menyinggung wilayah sensitif dan menyinggung perasaan. Anne Avantie sendiri sebagai si empunya hajat mungkin tak menyangka kalau puisi yang dibacakan di acaranya akan menjadi perbincangan heboh.