Sukmawati Soekarnoputri: Saya Muslimah, Bangga akan Keislaman Saya

Anto Karibo diperbarui 05 Apr 2018, 08:24 WIB

Fimela.com, Jakarta Puisi Sukmawati Soekarnoputri berjudul Puisi Ibu Indonesia yang dibacakan di acara Indonesia Fashion Week 2018 saat show busana karya Anne Avantie berhasil memantik reaksi dari sebagian kalangan umat Islam Indonesia. Sebagian besar dari umat merasa tersakiti dengan puisi Sukmawati tersebut. Mengapa hal itu sampai dilakukan seorang Sukmawati?

Ia dianggap telah melakukan tindak penistaan terhadap ajaran agama Islam. Alhasil, Sukmawati pun dibawa ke ranah hukum oleh seorang bernama Denny Adrian ke Polda Metro Jaya. Sementara itu sebuah forum umat Islam pun rencananya akan mempolisikan Sukmawati.

Namun, Sukmawati mengaku secara pribadi tak pernah memiliki niatan untuk menghina umat Islam di Indonesia. Apalagi jika penghinaan ini dilakukan dengan karya puisinya yang menyebut Sari Konde dan Syariat Islam. "Saya mewakili pribadi, tidak ada niatan untuk menghina umat Islam Indonesia dengan Puisi Ibu Indonesia," kata Sukmawati Sukarno Putri di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4/2018).

Sukmawati kala menggelar klarifikasi memang tak memberikan ruang bagi media untuk melayangkan pertanyaan. Ia hanya membacakan nota klarifikasi sebanyak 5 poin. Kepada media, Sukmawati menyatakan jika dirinya merupakan seorang muslimah.

Sukmawati mengatakan dirinya begitu bangga dengan keislamannya juga sebagai putri seorang Bung Karno yang merupakan tokoh Muhammadiyah dan pernah mendapatkan gelar dari Nahdlatul Ulama.

Preskon Permohonan maaf Sukmawati Soekarnoputri terkait puisi Indonesia (Nurwahyunan/bintang.com)

Gelar tersebut adalah Waliyul Amri Ad Dharuri Bi Assyaukah yang berarti pemimpin pemerintahan di masa darurat yang kebijakan kebijakannya mengikat secara de facto dengan kekuasaan penuh.

"Saya adalah seorang muslimah yang bersyukur dan bangga akan keislaman saya, putri seorang Proklamator Bung Karno yang dikenal juga sebagai tokoh Muhammadiyah dan juga tokoh yang mendapatkan gelar dari Nahdlatul Ulama," tutur Sukmawati Soekarnoputri.