Putri Marino Merasa Terisolasi Syuting di Natuna

Sutikno diperbarui 05 Apr 2018, 06:53 WIB
Dalam film terbarunya tersebut, istri Chicco Jerikho berperan sebagai Sharifah seorang istri tentara bernama Jaka. Banyak pelajaran didapat ketika harus mendapingi suami bertugas di medan perang. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Sharifah ini bikin aku jadi mikir juga. Oh ternyata sakarang setelah menjadi seorang istri memang baru berasa. Seorang istri harus tulus melayani suami, ikhlas sama semua yang suami kerjakan," ujar Putri Marino. (Adrian Putra/Bintang.com)
Selain tantangan dalam memerankan karakter Sharifah, ia juga kesulitan terkait bahasa yang digunakan. Film tersebut menggunakan bahasa asli penduduk Natuna yaitu bahasa Ranai. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Bahasanya susah. Dialeknya susah karena aku belum pernah berdialek Melayu sebelumnya. Dengar pernah tapi memang kalau buat ngobrol, komunikasi secara fasih belum pernah," kata Putri Marino. (Adrian Putra/Bintang.com)
Putri Marino dan seluruh pemain selama sebulan sebelum syuting mendapat pelajaran khusus bahasa Melayu Ranai. Selain itu, juga diberi kesempatan selama seminggu mempelajari langsung dengan penduduk asli Natuna. (Adrian Putra/Bintang.com)
Selama sebulan perempuan 24 tahun itu menjalani syuting film Jelita Sejuba di Natuna. Kehidupan yang berbanding terbalik seperti di Jakarta itu membuatnya seperti terisolasi. (Adrian Putra/Bintang.com)
"Kita kayak terisolasi gitu. Enggak ada sinyal, enggak ada TV, jadi habis syuting pulang, mandi, tidur. Jadi kita enggak tahu kehidupan di Jakarta seperti apa," kata Putri Marino di XXI Epicentrum Kuningan, Selasa (3/4/2018). (Adrian Putra/Bintang.com)