Fimela.com, Jakarta Nama dokter Terawan Agus Putranto menjadi buah pembicaraan, sejak surat pelanggaran yang dibuat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI beredar pada Selasa (3/4) kemarin. Pasalnya, Terawan melakukan praktek terapi cuci otak yang menjadi kontroversial.
Surat tersebut, dilansir dari salah satu media online, berisi pemecatan selama 12 bulan dari keanggotaan, terhitung dari 26 Februari 2018 hingga 15 Februari 2019. IDI juga mencabut izin praktek Terawan.
Keputusan tersebut diambil usai sidang Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). IDI menilai, Terawan melakukan pelanggaran etika kedokteran. IDI menilai, Terawan sudah melakujan pelanggaran etika kedokteran. Dan hal ini termasuk pelanggaran keras.
Tapi, apa yang menjadikan terapi ini sangat kontroversial? Dilansir dari National Geographic Indonesia, Terawan melakukan terapi cuci otak dalam upaya penyembuhan dan penangan pasien stroke.
Terapi cuci otak sendiri, menurut Radiology Info, merupakan sebuah tes yang melihat apakah ada ketdaknormalan pada pembuluh darah di kepala dan leher. Terawan mengaku kalau metode yang dia lakukan membantu para pasien stroke sembuh dan merasa lebih baik.
Praktek Tidak Aman
Seperti yang dikatakan Terawan, pasien-pasien yang dia tangani menggunakan terapi cuci otak ini mengaku merasa lebih baik. Namun, meskipun di luar negeri praktek ini wajar dilakukan, tapi ternyata IDI menyatakan hal yang berbeda.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, IDI menyatakan cara yang dilakukan Terawan melanggar kode etik. Selain itu, keamanan praktek tersebu juga masih dipertanyakan.
Banyak Risiko
Meski tes ini dilakukan untuk melihat adanya ketidaknormalan pada pembuh darah di skitar leher dan kepala, seperti adanya penyumbatan pembuluh darah atau stroke . Tapi, metode ini juga bisa menimbulkan banyak risiko.
Dilansir dari Cleveland Clinic, pasien akan merasa tak nyaman pada saat dilakukannya tes ini. Karna kateter yang dipasang melalui lengan akan terasa tak nyaman.
Namun, selain itu, juga ada risiko berbahaya dari terapi cuci otak ini. Dilansir dari Health Line, stroke juga bisa terjadi kalau kateter meninggalkan plak di dalam pembuluh darah. Juga ada riisko rusaknya pembuluh darah, termasuk kebocoran serta penyumbatan pada pembuluh arteri.