Fimela.com, Jakarta Memiliki anak dan menjadi seorang ibu adalah impian semua perempuan di dunia. Namun bagaimana jika keinginan besar itu tak bisa diwujudkan di usia muda karena harus mengalami menopause dini?
Ya, tentu saja hal itu sangat menyakitkan, tak hanya karena terlalu dini, hal tersebut juga telah menutup peluang seorang perempuan untuk menjadi seorang ibu. Jika kebanyakan menopause dialami oleh perempuan berusia diatas 40 tahun, namun Hayle Gumble yang baru berusia 23 tahun harus mengalami menopause diusia yang masih muda.
Sebelum dinyatakan menopause, Hayley sempat mengalami keguguran sebanyak dua kali, yang mana hal itu terjadi karena diagnosis kondisi langka yang membuat ovriumnya tak berfungsi dengan baik. Didiagnosis menderita premature ovarian failure (POF), Hayley pun disebut hanya memiliki peluang 5% untuk hamil.
"Saya sangat ingin menjadi ibu dan memiliki anak dengan suami saya," kata Hayley seperti dikutip dari laman The Sun. Setelah mendapat diagnosis tersebut, ia dan suaminya pun tetap berusaha mencari jalan keluar untuk bisa memiliki anak dengan mengikuti progran in verto fertilization (IVF) atau program bayi tabung.
Namun, biaya yang yang dibutuhkan tak sedikit. Untuk mewujudkan impiannya memiliki anak dan menjadi seorang ibu, Hayley membutuhkan uang setidaknya 5.000 poundsterling (Rp 96,5 juta) untuk menjalani prosedur di atas.
Berusaha Mati-matian
Ya, biaya yang dibutuhkan untuk menjalani prosedur IVF memang tak sedikit, lewat media sosialnya, Hayley pun sempat mengungkapkan keputusasaannya. Ia juga merasa takut jika ia benar-benar tak bisa memiliki anak.
"Ketakutan terbesar saya adalah saya mati dan tak akan pernah bisa mendengar seorang anak memanggil saya ibu. Saya mencoba apapun yang terbaik, tapi ketakutan bahwa saya tak akan pernah memiliki anak adalah yang paling membuat saya takut," jelasnya.
Setelah mengetahui kemungkinan kecil dirinya bisa memiliki anak, Hayley pun sempat menawarkan suaminya untuk menikahi perempuan lain karena dirinya tak bisa memiliki anak. "Sebelum menikah, aku telah memberinya ultimatum dengan mengatakan jika dia bisa pergi dan memiliki anak dengan orang lain karena ia putus asa ingin memiliki anak," kisahnya.
Saat Hayley menyuruh suaminya untuk pergi, ia pun menolah dan mengatakan jika mereka akan melalui masa sulit itu bersama.
Tekanan Sosial
Selain tertekan dengan kondisi fisiknya yang tak bisa memiliki anak, Hayley juga merasakan tekanan sosial di mana ia merasa kesal saat ditanya terus-menerus soal anak oleh orang-orang disekitarnya.
"Setiap hari orang bicara kepada suami saya 'Kamu bisa memiliki anak sekarang', kami ingin berteriak di wajah mereka 'tidak, kami tidak bisa'," tukasnya.
Kini Hayley pun tengah berusaha mengumpulkan uang untuk bisa mewujudkan impian memiliki anak dan menjalani serangkaian prosedur, untuk memberikan kesempatan terbaik untuk dirinya bisa hamil.