Fimela.com, Jakarta Guillermo Haro, astronom kelahiran Meksiko 1940 ini adalah seorang yang bisa dibilang unik, mengingat awalnya ia adalah seorang ahli filsafat dan hukum sebelum akhirnya menjadi seorang ahli perbintangan atau astronom.
Bicara soal astronom, profesi ini memang kurang diminati, meski sebenarnya menjadi seroang astronom adalah pekerjaan yang menjanjikan. Di Indonesia sendiri, hanya ada satu perguruan tinggi yang menyediakan jurusan tersebut, dan menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yaitu di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Melansir laman infoastronomy.org, lulusan jurusan astronomi akan bekerja sebagai astronom, tenaga peneliti dan pengembangan. Selain itu juga menjadi tenaga pendidik juga bekerja di kantor pemerintahan atau non-pemerintahan yang bergerak di bidang astronomi.
Terkait ilmu astronomi yang mempelajari berbagai hal tentang bintang, planet, asteroid, komet hingga meteorid ini punya banyak manfaat, seperti bisa menentukan waktu yang berpatokan pada mahari ataupun bulan. Selain itu juga bisa memprediksi cuaca yang akan terjadi dan digunakan untuk melancarkan proses pelayaran, penerbangan, dan lainnya.
Guillermo Haro sendiri, telah mempelajari ilmu astronomi dan menjadi astronom hebat yang memajukan masyarakat di negaranya. Kontribusinya dalam ilmu astronomi menjadikan Guillermo Haro sebagai orang Meksiko pertama yang terpilih menjadi anggota Royal Astronomical Society pada tahun 1959.
Peninggalan Guillermo Haro
Jika kamu ingin melihat peninggalan ilmu dari sosok Guillermo Haro, hal itu bisa ditemukan di National Institute of Astrophysics, Optics, and Electronics yang ia dirikan dan wariskan untuk para mahasiswa sains.
Selain itu, ia juga memiliki observatorium Guillermo Haro yang dijalankan lembaga tersebut di Meksiko.