Jejak Langkah Usmar Ismail di Perfilman Indonesia

Puput Puji Lestari diperbarui 20 Mar 2018, 10:22 WIB

Fimela.com, Jakarta Merayakan ulang tahun Usmar Ismail, pria yang dijuluki sebagai Bapak Film Nasional, Google Doodle membuat sosok Usmar Ismail dengan gaya vintage memegang alat pemutar film jadul alias jaman dulu. Sosoknya adalah salah satu sineas yang memiliki pengaruh besar pada perfilman Indonesia dan namanya telah diabadikan untuk sebuah gedung di Jakarta, yaitu gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI).

Selain ulang tahun Usmar Ismail hari ini, 20 Maret, Setiap tanggal 30 Maret diperingati sebagi Hari Film Nasional. Alasannya, tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Ada sejarah panjang dibalik penetapan hari tersebut. Apa itu?

 

What's On Fimela
Sosok Usmar Ismail muncul dalam Google Doodle hari ini (20/3/2018). (Sumber Foto: Google)

Perfilman Indonesia sebenarnya bukan baru dimulai tahun 1950. Di bawah penjajahan Belanda, produksi film di tanah air sudah mulai jalan. Era awal perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai film bisu.

Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat film ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan masih merupakan Hindia Belanda, wilayah jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung oleh aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.

Setelah Belanda, Jepang juga memproduksi film saat menjajah Indonesia. Pada era 1942-1949, produksi film di Indonesia dijadikan sebagai alat propaganda politik Jepang. Pemutaran fil di bioskop hanya dibatasi untuk penampilan film -film propaganda Jepang dan film-film Indonesia yang sudah ada sebelumnya, sehingga bisa dikatakan bahwa era ini bisa disebut sebagai era surutnya prodkusi film nasional. Pada 1942, Nippon Eigha Sha, perusahaan film Jepang yang beroperasi di Indonesia, hanya dapat memproduksi 3 film yaitu Pulo Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.

 

2 dari 2 halaman

Film pertama di Indonesia, Darah dan Doa.

Film pertama di Indonesia, Darah dan Doa.

Setelah pemerintahan cukup stabil paska kemerdekaan Republik Indonesia, tibalah tanggal 30 Maret 1950 menjadi hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail.

Film ini dinilai sebagai film lokal pertama yang bercirikan Indonesia. Selain itu film ini juga merupakan film pertama yang benar-benar disutradarai orang Indonesia yaitu Usmar Ismail juga diproduksi oleh perusahaan film milik orang Indonesia asli yang bernama Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dimana Usmar Ismail tercatat juga sebagai pendirinya. Karena itulah 30 Maret selalu diperingati sebagai Hari Film Nasional.