Mengenal Usmar Ismail, Bapak Film Nasional yang Muncul di Google Doodle

Lanny Kusuma diperbarui 20 Mar 2018, 08:55 WIB

Fimela.com, Jakarta Hari ini Google Doodle mempersembahkan sosok kenamaan Indonesia Usmar Ismail. Merayakan ulang tahun pria yang dijuluki sebagai Bapak Film Nasional, sosok Usmar Ismail digambarkan dengan gaya vintage memegang alat pemutar film jadul alias jaman dulu.

Mengenal Usmar Ismail, kalau mendengar namanya tentu kamu tak asing ya, sosoknya adalah salah satu sineas yang memiliki pengaruh besar pada perfilman Indonesia dan namanya telah diabadikan untuk sebuah gedung di Jakarta, yaitu gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI).

What's On Fimela
Usmar Ismail memiliki pengaruh besar terhadap industri film Indonesia. (Sumber Foto: Cinema Poetica)

Pria kelahiran 20 Maret 1921 ini tak hanya berpengaruh di Indonesia, nama Usmar Ismail juga terkenal di dunia internasional lewat filmnya yang mendkumentasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda dan Perancis berjudul Fighters for Freedom tahun 1961, yang juga masuk dalam Festival Film Internasional Moskow.

Selain itu, ia juga dikenal dengan karyanya yang fenomenal berjudul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi, 1950), yang mana film tersebut mempelopori hidupnya industri film Indonesia.

Tak sampai di situ, semasa hidupnya Usmar Ismail telah meraih berbagai penghargaan film seperti Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno di tahun 1962, Anugerah Seni dari Pemerintah RI tahun 1969 dan setelah wafat namanya diangkat sebagai Warga Teladan DKI.

2 dari 2 halaman

Usmar Ismail dan Karyanya di mata Publik

Usmar Ismail memiliki pengaruh besar terhadap industri film Indonesia. (Sumber Foto: Wikipedia)

Memiliki pengaruh besar terhadap industri perfilman Indonesia, sosok Usmar Ismail juga memiliki kesan tersendiri di hari masyarakat. Pada masanya, kritikus film menganggap karya-karyanya seperti Enam Djam di Jogja dan Dosa Tak Berampun sangat mencirikan Indonesia.

Pada masa kejayaannya, ia juga berhasil menarik antusiasme penonton yang berjubel selama lima minggu berturut-turut untuk menyaksikan filmnya. Meski begitu, ada juga film Usmar Ismail berjudul Anak Perawan di Sarang Penyamun yang diboikot pada tahun 1962.