Fimela.com, Jakarta Budget adalah satu dari sekian banyak faktor penting yang memengaruhi traveling. Biaya ini sangat mungkin membuat rencana jadi 180 derajat berbeda, bahkan memengaruhi ke mana kaki nantinya bakal melangkah.
Secara garis besar, budget bisa dibagi menjadi tiga kelompok, yakni transportasi untuk pergi dan pulang, biaya hidup selama di sana, juga, kalau mau, sisihan uang belanja. Kalau hanya pengelompokan gampang, namun bakal jadi cerita lain jika harus menyebut nominal.
Bukan tanpa alasan, menurut saya, mahal-tidaknya traveling sangat-sangat relatif. Bukan soal persepsi Rp100 ribu kecil atau sebaliknya, tapi lebih menyoroti pada kebutuhan setiap orang yang tentu berbeda.
What's On Fimela
powered by
Misal, saya pernah berbincang dengan turis asal Thailand yang melancong ke Singapura. Dalam percakapan kami, dia menyebut bisa menghabiskan SGD240 per hari. Mendengarnya saya jelas terbengong-bengong.
Pasal, seluruh budget saya melancong ke Negeri Singa hampir setengah dari total jajannya dalam satu hari. Itupun ternyata masih sisa saat pulang ke Indonesia. Pengalaman ini kemudian membuka persepsi baru saya tentang biaya traveling.
Traveling Sesuai Kebutuhan dan Kemampuan
Tidak akan jadi mahal kalau traveling sesuai kebutuhan dan kemampuan. Jadi, menurut saya, tak perlu menyamakan persis itinerary dan berbagai tetek-bengek perjalanan dengan orang lain, termasuk lusinan buku panduan.
Cukup diambil trik yang menurutmu berguna. Itupun tak masalah kalau aplikasinya tak 100 persen. Karena, tentu saja, yang tahu kebutuhan dan kemampuan paling baik adalah diri sendiri. Misal, kalau harus tidur di hotel 'mahal', ya lakukan saja.
Tentu saja dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan sudah memikirkan sederet risiko yang mungkin saja menghampiri. Saat ingin memutuskan, pikir lagi dan lagi. Saran saya, diam sejenak sambil berpikir.
Mahal-Tidaknya Traveling Tak Bisa Dilihat Lewat Nominal
Bukan naif, tapi kadang definisi mahal-tidak itu tak hanya tentang nominal. Namun soal apa yang didapatkan sepadan dengan uang yang mesti dikeluarkan. Bisa saja yang dianggap murah malah ternyata sangat-sangat mahal karena harus menambah ina-inu.
Jangan hitung mahal-tidak hanya dari nominal. Angka bisa saja jadi tipuan dan trik para marketing. Buatlah uang yang kamu keluarkan terasa sangat sepadan. Karena memang ada beberapa pengalaman mahal yang harus dibeli dengan uang, naik balon udara di Bagan misalnya. Jadi, kapan ke mana lagi?
Asnida Riani,
Editor Celeb Bintang.com