Editor Says: Ketika Menikah Jadi Ajang Perlombaan

Febriyani Frisca diperbarui 16 Feb 2018, 19:48 WIB

Fimela.com, Jakarta Dari judul di atas, kamu sebagai pembaca mungkin bisa menebak usia berapakah saya ini hehe. Iya, usia saya baru menginjak 17 tahun...pada 2008 lalu.

***

Menikah. Satu kata yang mungkin terdengar sederhana. Sesederhana mengucapkannya. Melakukannya? Belum tentu. Apalagi buat para jomblowan dan jomblowati di luar sana. Maaf saya tidak termasuk, karena saya sedang di dalam sini. :3

Sebagai WNI dengan usia 20 sekian, saya sering banget mendapatkan pertanyaan yang erat kaitannya dengan pernikahan. Terutama dari orang-orang yang nggak dekat-dekat banget. Sebab, mereka yang dekat pasti tidak akan (sok) peduli macam begitu.

 

What's On Fimela
Ilustrasi menikah. (inspiredbythis.com)

Berbagai pertanyaan cenderung mengintimidasi kerap saya terima. "Kapan nikah?", "kapan nyusul?", "kamu kapan?", "yah kebalap, deh.", dan pertanyaan basa-basi sejenisnya yang bikin gerah ketek saya. Eh, wait, what? Kebalap? Apanya yang dibalap? Lontong? Kalau lontong balap sih, enak. Oke, skip.

 

Menikah butuh komitmen tinggi, jadi jangan percaya 5 mitos menyesatkan ini ya. (Via: ourhousefamilies.org)

Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya malah penasaran. Penasaran dengan isi kepala mereka tentang pernikahan sampai segitunya menjadikan pernikahan adalah hal yang harus diburu-buru seperti ajang lomba 17-an, yang pesertanya harus sampai ke garis finish duluan.

Begini, pertanyaan "kapan nikah?" saja sudah bikin saya nggak habis pikir. Ini lagi ada statement "yah kamu kebalap, deh!". Eh, hello! Saya lagi nggak sedang balapan. Kalau pun saya mau balapan, bukan soal pernikahan. Aduh, maap emosi bahahahak.

 

2 dari 2 halaman

Kenapa Harus Jadi Perlombaan?

Jangan terburu-buru, ini 5 hal yang menandakan kamu dan pacar siap menikah. (Via: Bored Panda)

Nggak seorang atau dua orang yang melontarkan statement itu ke saya, tapi banyak dan nggak dekat-dekat banget. Saya mulai risih. Benar-benar risih. Luka apa, sih, yang pernah mereka terima sampai mereka bisa mengatakan hal itu kepada orang lain yang notabene nggak deket-deket banget?

Bukan saya nggak punya keinginan dan rencana untuk menikah. Punya, tapi keinginan dan rencana itu nggak saya rancang sebagai kompetisi. Nggak merasa punya saingan dan merasa pernikahan adalah sebuah perlombaan. Ditambah lagi, saya juga bukan seorang yang suka berkompetisi. Kalem we lah~

 

Gak hanya ganteng secara fisik, tapi apakah dia cocok untuk jadi pasangan hidup kamu? (Image: thespruce.com)

Jadi, buat saya, menikah sekarang atau nanti itu nggak ada hubungannya sama kebalap, tersusul, dan sejenisnya. Apalagi kalah atau menang. Kalau ada yang menganggap menikah seperti perlombaan, ya silahkan, sih. Hak setiap orang. Cuma saya heran aja. SIAPA YANG SUDAH MELUKAIMU, KAWAN, HINGGA KAMU SEPERTI INI?

Perlu diingat, menjalin hubungan mungkin semua orang bisa. Hubungan yang mungkin diharapkan oleh semua orang jadi jangka panjang. Sebut saja pacaran. Namun, kadang orang lupa bahwa ada yang lebih besar dan berat untuk sekadar membangun sebuah hubungan, yaitu merawatnya.

 

Setelah lamaran, masih ada tahapan yang harus dilalui para pasangan sebelum sampai tahap pernikahan. (Foto: pexels.com)

Saya tahu rasanya jatuh bangun menjalin hubungan pacaran yang nggak seberapa banget itu. Nggak gampang, tapi bukan berarti nggak bisa dilakukan juga. Butuh partner yang sama kuat, sama mampu, dan sama ingin untuk bersama menghidupi hubungan. Begitu juga dengan pernikahan. Saya rasa, kuat, mampu, dan inginnya harus lebih kuat lagi dari sekadar pacaran. Dan saya sedang mencarinya. Doakan saya!

Salam,

 

Editor kanal Zodiac