Fimela.com, Jakarta Momen tahun baru Imlek dimanfaatkan sejumlah masyarakat Tionghoa untuk berkumpul bersama keluarga. Tak sekedar jadi ajang melepas rindu, namun juga waktu di mana banyak tradisi unik terselenggara, baik hanya dalam lingkup keluarga maupun publik.
Buat yang tak merayakan Imlek, libur panjang ini juga bisa jadi momen yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Jika tak ada agenda, nonton film bersama di rumah bisa jadi pilihan. Misalnya, menonton tiga film bertema Imlek berikut ini.
Pertama, Red Cliff. Red Cliff mengisahkan tentang Liu Bei (Yong You) dan penguasa Wu di daerah selatan Cina bersama ahli strategi mereka, Zhu Ge Liang (Takeshi Kaneshiro), hanya berbekal 300 ribu pasukan, harus berhasil melawan tentara kerajaan yang berjumlah 800 ribu orang.
Dengan taktik jenius dan bantuan alam, mereka berusaha mengalahkan pasukan yang berjumlah dua kali pasukan mereka. Film kolosal satu ini pas sekali membawa suasana Imlek kembali ke Cina jaman lampau. Dibuat berdasarkan legenda 3 kerajaan di Cina.
What's On Fimela
powered by
Kedua, Chinese Zodiac CZ12. Dibintangi oleh Jackie Chan sebagai JC, seorang pencuri professional yang ditugaskan untuk mencari patung perunggu kepala zodiak Cina (shio), film ini dipenuhi oleh tingkah kocak Jackie Chan dan teman-temannya, juga aksi-aksi mereka dalam menghadapi para perompak, dan sesama pencuri professional.
Dari Indonesia, film The Last Basrongsai bisa jadi pilihan. The Last Barongsai mengangkat budaya serta tradisi menjadi kekuatan rumah produksi Karnos Film. Jelang perayaan Imlek, sebuah film berjudul The Last Barongsai dihadirkan ke layar lebar.
The Last Barongsai
Menceritakan tentang sebuah konflik drama keluarga di mana Kho Huan (Tyo Pakusadewo) resah akan dilema di mana surat undangan kejuaraan Barongsai tingkat Nasional serta menyekolahkan putranya Aguan (Dion Wiyoko) ke luar negeri menjadi masalah yang menarik ditonton.
Aguan (Dion Wioyoko) menemukan surat undangan kejuaraan Barongsai yang tidak pernah dibuka ayahnya selama bertahun-tahun. Dilema juga dihadapkan padanya, ketika ia harus memilih mana yang akan diambilnya, apakah meneruskan tradisi dan budaya keluarganya dengan mengikuti kejuaraan Barongsai atau pergi ke Nanyang University, Singapura mendapatkan beasiswa.
Rano Karno mengangkat pesan luar biasa di film The Last Barongsai ini, di mana edukasi dan budaya seakan tidak hanya sekedar tontonan tapi juga menjadi tuntunan. Potret dinamika masalah keluarga diangkat dengan apik. Tidak serta merta satu atau dua orang yang memiliki masalah, namun hampir dari seluruh karakternya memiliki masalah dan harus mencari jalan keluarnya.
Seperti diungkap dalam sinopsis The Last Barongsai di atas, dilema keluarga saat sang ayah berjuang mencari uang untuk sang putra bisa kuliah di luar negeri amat haru ditonton. Begitu halnya perjuangan Aguan, dilemanya yakni ingin meneruskan tradisi Barongsai keluarganya tak boleh punah atau harus kuliah ke luar negeri namun terbatas biaya. Seru bukan untuk merayakan Imlek bareng keluarga?