5 Perjuangan Brandon Salim di Film Mata Dewa

Anto Karibo diperbarui 24 Jan 2018, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebuah film berjudul Mata Dewa akan segera tayang pada 8 Maret 2018. Film produksi Sinema Imaji bekerjasama dengan liga basket pelajar terbesar di Indonesia, DBL Indonesia dan Shanaya Films mendapuk para pemeran muda seperti Brandon Salim, Kenny Austin, dan Chelsea Agatha.

Menjadi salah satu pemain, Brandon Salim mengaku sangat senang. Menjadi tantangan tersendiri baginya ketika mendapatkan tawaran main dalam film yang disutradarai oleh Andi Bachtiar Yusuf tersebut.

"Ini keren banget karena kita kerjasama dengan asosiasi liga basket SMA terbesar di Indonesia yaitu DBL. Senang sekaligus tantangan," kata Brandon Salim di Lounge XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).

Dalam film yang mengambil latar Liga basket sekolah seluruh Indonesia, DBL tersebut diceritakan tentang perjuangan anak-anak muda dalam mewujudkan impiannya. Adalah seorang Dewa (Kenny Austin) yang terus berjuang untuk menjadi pemenang bersama timnya.

Padahal, ia memiliki keterbatasan pada sebelah matanya. Suatu ketika Dewa harus menolong Bening (Chelsea Agatha) yang menjadi korban penjambretan. Mata kirinya dihajar oleh preman dan mengakibatkan satu matanya hilang fungsi. Tapi hal itu tak menjadi penghalang bagi Dewa untuk memberikan yang terbaik.

"Jadi pesan moralnya kalau lo mau sukses ya lo harus kerja keras. Film ini menyemangati anak muda di Indonesia yang punya passion di olahraga khususnya. Kita masih kurang atlit yang wow banget," ucapnya. Berikut 5 perjuangan Brandon Salim di film Mata Dewa.

 

2 dari 6 halaman

1. Dialek Surabaya

Brandon Salim (Galih W. Satria/Bintang.com)

Satu tantangan yang harus dilewati oleh anak pemeran Ferry Salim ini adalah belajar dialek Surabaya. Pasalnya, dalam film ini Brandon Salim berperan sebagai Bumi, siswa SMA Wijaya Surabaya.

"Belajar di situ. Karena ini kan ceritanya tentang arek-arek Suroboyo. Kalau sebgai pemain kita langsung masuk ke terjun ke lapangan dimana semuanya bahasa Jawa jadi langsung ngikut," ujar Brandon.

Beberapa pemeran yang merupakan orang asli Jawa Timur membuat Brandon terbantu. "Dibantu juga sama pemain-pemain DBL yang orang Jowo, jadi langsung ngikut. Ada coaching-nya juga, akhirnya bisa, gampang," ucapnya.

3 dari 6 halaman

2. Belajar Tehnik Basket

Brandon Salim (Adrian Putra/bintang.com)

Dalam film ini Brandon juga akan beraksi sebagai pebasket muda. Sebelum syuting dirinya pun ikut mendapatkan pelajaran dari pelatih untuk mendapatkan bagaimana teknik bermain bola basket yang baik.

"Jadi sebelum syuting kita dibawa ke lapangan DBL di Surabaya, Kenny sih udah jago, aku di kasih tur, ke coach dan belajar teknik. Seperti dribling dan lainnya karena keliatan banget kan di kamera kalau kaku," ucapnya.

4 dari 6 halaman

3. Terus Semangat

Brandon Salim (Adrian Putra/bintang.com)

Dan bagi Brandon Salim, tantangan-tantangan di atas belum seberapa ketika dirinya harus menjadi koordinator penyemangat. Dalam cerita film, Brandon tak bisa bermain dalam pertandingan karena adanya peraturan dari sekolahnya.

Sebab itu Brandon hanya bisa menjadi penyemangat bagi timnya yang bermain. "Yang sulit karena aku harus punya energi paling besar karena aku harus nyemangatin semuanya, enggak cuma Kenny tapi juga coach-nya," imbuhnya.

 

5 dari 6 halaman

4. Teriak-Teriak

Brandon Salim (Adrian Putra/bintang.com)

"Paling capek itu yang teriak-teriak diantara crowd, aduh itu capek banget. Harus retake-retake. Dimana gue udah semangat, eh di belakang ada pemain yang keliatan capek. Gue juga jadi ikut nyemangatin di luar syuting teriak-teriak biar semangat semua di take terakhir," ucapnya.

6 dari 6 halaman

5. Capek dan Kelelahan

Brandon Salim (Adrian Putra/bintang.com)

Mengatur orang banyak tentu bukan perkara mudah. Demikian pula ketika Brandon Salim harus menjadi koordinator untuk teman-teman sekolahnya. Ia mengaku belajar leadership karena adegan tersebut.

"Harus teriak Wijaya Wijaya! Jadi itu yang bikin gue capek, tapi di sini bikin gue jadi belajar tentang leadership buat mengkordinasi dan me-manage ribuan crowd karena gua harus menyamangati banyak orang teriak. Itu sih yang bikin susah," tukas Brandon Salim.