Fimela.com, Jakarta Kita sebagai orang Indonesia sudah sepatutnya bersyukur memiliki negeri yang beralam indah dan berbudaya ragam. Seperti halnya pelangi yang cantik karena berbeda warna.
Ribuan budaya melebur dalam wajah nusantara yang menjadi identitas bangsa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat melekat kuat dalam benak warganya, meski secara penerapan masih compang-camping sana-sini.
Keberagaman sering disalahartikan sebagai jurang pemisah, batasan antara yang satu dengan yang lain. Apalagi di jaman yang serba media sosial seperti sekarang, perbedaan begitu mudah terekspos.
Siap tidak siap memang ini yang harus kita hadapi. Era digital yang makin maju, arus informasi yang sangat masif dan cepat mengalir memiliki efek samping yang kurang mengenakkan.
Perdebatan di social media sangat mudah terjadi, bahkan sudah seperti arena tinju yang bahkan penontonnya bisa menyeruak masuk mengikuti pertarungan brutal sampai lupa diri.
Kalau saya mungkin lebih senang tidak ikut berkomentar, hanya berujar dalam hati 'ah orang-orang berpikiran sempit ini mainnya kurang jauh'. Ungkapan yang klasik, tapi menurut saya ada benarnya juga.
Main harus jauh
Struktur Indonesia yang tersusun atas pulau-pulau begitu sedap dipandang mata. Di sisi lain hal ini juga dimanfaatkan penjajah di era perjuangan untuk memecah belah persatuan Indonesia.
Kebanggaan terhadap kelompok sendiri, atau chauvinisme sempat merebak selama beberapa masa di era pra-kemerdekaan. Namun setelah hari peringatan kemerdekaan ke-72, masih ada saja hal-hal demikian.
Kembali lagi apa kaitannya dengan main kurang jauh, perlukah main harus jauh? Menurut saya sih kita memang harus main jauh, dalam artian membuka wawasan seluas-luasnya terhadap sesuatu yang mungkin belum kita lihat dan ketahui.
Banyak stereotip atau pre-asumsi di perspektif kita yang sebenarnya belum tentu benar tentang orang atau kelompok lain. Karena itu masyarakat mudah sekali judgmental terhadap sesuatu yang 'asing'.
Atau bisa juga karena masa penjajahan yang keji, sehingga membuat warga apatis dengan segala hal berbau kebarat-baratan. Padahal di 'barat' sana banyak juga hal positif yang harusnya Indonesia punya.
Dari hal kecil seperti tertib mengantre atau budaya tepat waktu, sampai kesadaran dalam berkendara, warga kita rasanya masih perlu banyak belajar. Jika kalian pernah, atau punya teman yang mainnya jauh ke luar negeri, silakan ditanya indahnya negeri orang di beberapa hal.
Memang nggak semua lebih bagus dari Indonesia, tapi alangkah baiknya jika kita belajar dan mengambil hal-hal positif dari negara lain untuk menciptakan negara yang aman dan nyaman. Kalau masih gagal juga, mungkin banyak orang yang butuh tamasya untuk membuka cakrawala pandangannya. Jadi kapan kita liburan?